Bandung (Pendis) - Kementerian Agama melalui Direktorat Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren (PD Pontren), Direktorat Jenderal Pendidikan Islam, menyelenggarakan pelatihan pembelajaran Al-Qur’an dengan huruf braile dalam kegiatan, “Peningkatan Kompetensi Metode Pembelajaran Al-Qur’an”. Hakikat pendidikan adalah mengembangkan potensi setiap individu sesuai minat dan bakat.
Demikian disampaikan Sekretaris Ditjen Pendidikan Islam, Rohmat Mulyana yang juga merupakan Ketua Pokja Inklusi. Rohmat sangat mengapresiasi kegiatan ini. Menurutnya, kondisi pendidikan di Indonesia, idealnya setiap anak didik dilayani beberapa guru.
“Pendidikan inklusi pada prinsipnya menghargai keunikan setiap individu,” terang Rohmat di Bandung, Kamis (19/05/2022).
Menurutnya, dalam konteks layanan Pendidikan Al-Qur’an inklusi, anak yang belajar Al-Qur’an berkebutuhan khusus harus dipersiapkan lebih memadai, termasuk dari regulasi yang sudah ada.
Direktur PD Pontren, Waryono Abdul Ghafur dalam arahannya secara daring menyampaikan, salah satu tujuan pelatihan ini, untuk lebih memasyarakatkan kesetaraan dalam memperoleh layanan pendidikan Al-Qur’an.
“Selama ini Pendidikan Al-Qur’an belum menyentuh kalangan difabel secara maksimal, baru sebagian kecil dilaksanakan oleh komunitas dalam scoope yang lebih sederhana,” katanya.
Waryono mengatakan, setiap individu muslim berhak mendapatkan akses pendidikan Al-Qur’an. Dalam ajaran Islam disebutkan, jangan pernah melihat manusia itu sekadar fisiknya, bentuk wadahnya. Pun, tidak boleh mendiskriminasikan atas kekurangan fisiknya.
“Kemuliaan manusia bukan hanya pada fisik, namun pada takwanya. Larangan Allah juga untuk tidak melakukan taskhir, menghina atau merendahkan yang lain,” tutur mantan Warek II UIN Sunan Kalijaga.
Kasubdit Pendidikan Al-Qur’an, Dr. Mahrus menyampaikan terima kasih atas atensi dan partisipasi semua pihak pada kegiatan peningkatan kompetensi metode pembelajaran melalui Braile Al-Qur’an ini. Selain pemberian materi di forum oleh para narasumber, juga para peserta diajak melihat langsung praktik pembelajaran Al-Qur’an di Pesantren Tunanetra Darushshudur Kab. Bandung.
“Best Practice ini tentu saja akan memberikan motivasi baru bagi para peserta dan pengambil kebijakan di Kementerian Agama,” ungkap Mahrus.
Disampaikan Mahrus, para peserta juga merasakan kepuasan dan antusias, serta memperoleh sesuatu yang baru, terutama bagi mereka yang pertama kali mengenal huruf Arab atau Al-Qur’an Braille. Sehingga sangat perlu ketelitan khusus dalam mempelajari aksara braille dan harus benar-benar menggunakan intuisi.
Mahrus berharap, pola pelatihan seperti ini dapat dilaksanakan di setiap daerah agar semua penyandang disabilitas mendapatkan haknya untuk belajar Al Qur’an sesuai dengan pedoman yang benar.
Kegiatan yang diinisiasi oleh Subdit Pendidikan Al-Qur’an ini diselenggarakan selama 3 hari, mulai tanggal 18-20 Mei 2022 di hotel Travello Bandung. Diikuti oleh penyelenggara Pendidikan Al Qur’an terutama yang berkebutuhan khusus, pejabat di lingkungan Kemenag Propinsi, Kab/Kota terdekat, dan Staf Subdit. Selain Sekretaris Ditjen Pendidikan Islam, Dr. H. Rohmat Mulyana S., M.Pd., narasumber lain Ustadz Basuki (Komunitas Tunanetra, “Sahabat Mata” Semarang), Ustadz Dr. Ridwan Effendi (Pengasuh Pondok Pesantren Tunanetra Darusshudur Bandung), serta Dr. Muhrison dari CISForm Yogyakarta. [ME-YSR]
Bagikan: