Surabaya (Pendis) – Moderasi beragama dan bela negara membutuhkan semangat dan kerja sama yang panjang. Diperlukan beberapa strategi untuk menghadapi tantangan yang ada. Alissa Wahid, fasilitator utama moderasi beragama, mengatakan hal tersebut saat berlangsung Rapat Koordinasi Pergerakan Mahasiswa Moderasi Beragama dan Bela Negara (PMMBN) di Asrama Haji Sukolilo Surabaya (22/12).
"Jika pemimpin bangsa ini membutuhkan setidaknya lima tahun untuk membuktikan janji kepemimpinannya, maka moderasi beragama lebih dari itu. Hal ini karena moderasi beragama terkait dengan pola pikir dan itu membutuhkan waktu yang tidak sebentar. Karenanya, nilai perjuangan moderasi beragama melampaui zaman," terangnya.
Alissa menambahkan, tantangan yang dihadapi tidaklah mudah. Dirinya kerap diundang berbagai pihak yang memandang negatif moderasi beragama. Dari hal tersebut, Alissa sering menemui masalah dan menemukan solusinya.
"Penting untuk kita pahami, kita perlu menumbuhkan engagement yang tepat dengan berbagai pihak dalam sosialisasi moderasi beragama dan bela negara ini. Masing masing punya karakteristik dan kecenderungan yang berbeda," ujarnya.
Alissa menekankan, mahasiwa tidak cukup hanya dengan menghabiskan tenaga membahas moderasi beragama di ruang-ruang diskusi. "Perlu pendekatan yang lebih komprehensif. Pihak yang kita hadapi memakai pendekatan yang multifungsi, kitapun harus sama," papar Putri mantan Presiden Abdurrahman Wahid ini.
Pendekatan yang multifungsi ini ditunjukkannya dengan berbagai contoh yang digunakannya selama ini. Dengan penjelasan seperti itu, diharapkan para mahasiswa pada perguruan tinggi umum dapat sepenuhnya menjadi duta moderasi beragama dan bela negara di kampus masing-masing.
Dirinya juga menyambut baik adanya inisiatif untuk menggelar rapat koordinasi PMMBN ini. Baginya, ini adalah wujud dari keseriusan para mahasiswa yang tergabung dalam PMMBN untuk menyuarakan permasalahan seputar moderasi beragama dan bela negara di wilayah masing-masing.
"Dengan menyuarakan berbagai hal yang berasal dari masalah, pengurus PMMBN telah bekerja dengan baik, merekam dan mengamplifikasi persoalan yang ada. Mahasiswa tidak boleh hanya berpangku tangan dan merasa semua berjalan dengan baik-baik saja," jelasnya.
Lebih jauh, Alissa Wahid yang juga adalah kolumnis terkemuka nasional ini, mengungkap tantangan moderasi beragama saat ini dan ke depannya. "Beberapa yang dapat diidentifikasi sebagai tantangan moderasi beragama dan bela negara saat ini dan ke depan adalah menjaga keseimbangan antara konsep agama dan kebangsaan, demokrasi dan mayoritarianisme, perkembangan paham keagamaan, dinamika otonomi daerah, dan problem penegakan hukum," tandasnya.
Dirinya juga membuka kegundahan soal sentimen agama ini. Baginya, sentimen agama, jika masuk pada masyarakat kelas menengah, akan sangat mudah digunakan sebagai komoditas politik oleh oknum elit.
"Moderasi beragama dan bela negara sedang diuji memasuki tahun politik. Banyak pihak yang menghalalkan semua cara untuk tujuan politiknya. Anak-anak muda yang tergabung dalam PMMBN ini harus punya semangat untuk terus mengembangkan kecintaan pada tanah air, pada bangsa dan negaranya," tutupnya menyemangati.
Rapat Koordinasi Pergerakan Mahasiswa Moderasi Beragama dan Bela Negara (PMMBN) diselenggarakan di Asrama Haji Sukolilo, 21 – 22 Desember 2023. Derida Achmad, Ketua Umum PMMBN, menjelaskan tujuan diselenggarakannya rapat ini.
"Rapat Koordinasi PMMBN ini diselenggarakan untuk menyegarkan semangat bersama mengenai moderasi beragama dan bela negara di kalangan mahasiswa pada perguruan tinggi umum. Kami perlu berkoordinasi dengan intens karena kami berasal dari latar yang berbeda, dari PMII, HMI, IMM, GMKI, Mahasiswa Hindu, Buddha, dan beberapa organisasi kemahasiswaan lainnya," terangnya.
Derida mengungkap, mencetak duta moderasi beragama di kalangan mahasiswa umum, PMMBN telah berkembang di 14 pengurus wilayah dan ratusan komisariat.
Tags:
PAIBagikan: