Banten (Pendis) - Pada dasarnya Islam adalah agama yang menjunjung tinggi humanisme dan menerima segala perbedaan yang ada. Selama tak menyimpang dari aqidah, tata cara ibadah maupun aturan syariah yang ditetapkan dalam Al Quran dan Hadits, Islam menerima budaya komunal di masing-masing teritori tak terkecuali di Indonesia. Sebagai negara kepulauan, keragaman budaya antar suku dan daerah di nusantara merupakan sunatullah. Tak pelak, Islam di Indonesia amat dipengaruhi oleh budaya yang bercorak keragaman atau multikultural.
Direktorat PAI sebagai institusi Kementerian Agama yang diberi amanah dalam pengelolaan dan pembinaan PAI telah lama concern dalam pengembangan pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) di sekolah. Istilah Islam rahmatan lil `alamin atau Islam sebagai rahmat bagi seluruh alam diharapkan tidak hanya sebatas wacana yang mudah diucapkan tapi benar-benar terimplementasikan dalam perikehidupan dan cara pandang peserta didik di seluruh Indonesia yang belajar di sekolah-sekolah umum. Upaya ini diharapkan mampu meredam gejolak yang dimungkinkan karena masalah perbedaan atau keragaman budaya.
Salah satu yang terus dilakukan oleh Direktorat PAI (Dit. PAI) adalah membuat terobosan-terobosan baru dalam bidang pengembangan modul pembelajaran PAI yang mampu membantu para guru di kelas dalam melaksanakan pembelajaran. Seperti halnya kegiatan penyusunan modul yang dilaksanakan pada tanggal 2 s/d 4 Mei 2015 yang lalu, Dit. PAI menseriuskan upaya pengembangan modul pelatihan pembelajaran Islam rahmatan lil `alamin sebagai tindak lanjut dari kegiatan short course metodologi pembelajaran dari Oxford University, Inggris.
Tim penyusun modul adalah 11 guru peserta short course yang diarahkan oleh para konsultan pendidikan dari berbagai bidang keahlian. Tugas tim ini adalah meramu bahan-bahan atau materi berupa rumusan sintaks metode pembelajaran yang berasal dari peserta short course lainnya sebagai kontributor dengan materi pembelajaran. Secara umum, isi modul pelatihan ini berupa konsep PAI berbasis rahmatan lil `alamin, penyusunan rencana pembelajaran (RPP) PAI multimetode, langkah-langkah penerapan metode pembelajaran dan praktik pembelajaran PAI menggunakan multimetode bernuansa multikultural dan nilai-nilai humanistik. Sedangkan metode pembelajaran yang digunakan adalah hasil adopsi saat pelaksanaan short course salah satunya metode market plan activity (MPA) yang dimodifikasi dengan metode pembelajaran kreatif kolaboratif lainnya. Harapannya, modul ini bisa menjadi panduan pelatih dalam memberi pelatihan, para guru yang ikut pelatihan bahkan juga yang belum dilatih untuk mampu menerapkannya di sekolah.
"Setelah para guru PAI dilatih, mereka nantinya akan memiliki keunggulan dalam proses pembelajaran, sehingga siswa pun memiliki pemahaman Islam sebagai agama yang rahmatan lil `alamin, berpikir luas dan mampu hidup berdampingan secara damai di tengan masyarakat yang multikultur," demikian pesan sekaligus harapan Direktur PAI, Dr. Amin Haedari pada acara yang dilaksanakan di Serpong, Banten tersebut.
Sebelum benar-benar diluncurkan, modul ini sudah 5 kali diujicobakan di berbagai pelatihan guru PAI dan dievaluasi. Berbagai masukan menjadi perbaikan positif bagi pengembangan modul tersebut untuk diimplementasikan di lapangan. Rencananya modul final akan dideseminasikan ke guru-guru PAI di Indonesia melalui program percontohan (pilot project). Ada 8 provinsi yang ditunjuk sebagai percontohan implementasi modul pelatihan yakni Provinsi Aceh, Sumatera Utara, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sulawesi Selatan, dan Sulawesi Utara. Penunjukkan daerah sendiri melalui pertimbangan tertentu terkait dengan permasalahan yang berhubungan dengan konteks multikultural yang kerap terjadi. Setelah 8 provinsi tersebut akan dilanjutkan ke provinsi-provinsi lain. Sebagai penjaminan mutu setelah pelatihan akan dilanjutkan dengan kegiatan pendampingan di sekolah-sekolah.
(wik/dod)
Bagikan: