Bogor (Pendis) --- Guru memiliki tanggung jawab mengajar dan mendidik harus bisa menanamkan perilaku positif dan tradisi agama kuat. Kreativitas seorang guru untuk menghidupkan suatu pembelajaran sangat berpengaruh pada penerimaan pelajaran dan pembentukan perilaku peserta didik.
Demikian disampaikan oleh Direktur Jenderal Pendidikan Islam (Dirjen Pendis) Kementerian Agama RI Muhammad Ali Ramdhani, pada acara Workshop Tuntas Baca dan Tulis Al-Qur’an Sub Direktorat Pendidikan Agama Islam (Subdit PAI) SD/SDLB Direktorat PAI di Bogor, Selasa (04/05).
“Kuncinya adalah guru menguasai metodologi dan konten pelajaran. Sejumlah kitab telah mengajarkan tentang posisi strategis guru dalam pendidikan dan pembelajaran,” terang Dhani.
Menurut Dhani, tugas utama guru adalah membentuk perilaku (attitude) baik, mengembangakan kemampuan (skill), dan menumbuhkan spiritualitas. “Kitab Ta’lim al-Muta’alim mengajarkan kita bahwa guru lebih penting dari metodologi, dan metodologi lebih penting daripada konten,” ujar Dhani.
Dhani mengatakan, kemajuan teknologi yang sekarang jadi trend dunia bisa menciptakan kesenjangan pengetahuan (knowledge gap) di kalangan peserta didik. Satu sisi peserta didik dapat menguasai teknologi, namun sisi lain kemajuan ini dapat pula menciptakan masalah baru dalam masyarakat.
“Ada kegelisahaan dari komunitas pendidik bahwa lulusan dari UIN banyak yang bacaan Al-Qur’annya masih kurang bagus. Ini pertaruhan guru PAI SD untuk pembelajaran peserta didiknya,” ucap Dhani
Dalam konten pelajaran, guru PAI dapat menanamkan cara-cara dan perilaku baik kepada peserta didik, termasuk pola-pola yang telah diajarkan para pendahulu baik di ruang kelas maupun memanfaatkan teknologi seperti Youtube, Istagram, Tiktok, dan lainnya.
Dhani berpesan, apa yang dilakukan guru harus seirama dengan psikologi anak dan menghindari doktrin. Misalnya, lanjut Dhani, kenapa shalat Ashar empat rakaat, Maghrib tiga rakaat, Subuh dua rakaat, dan lainnya yang dijelaskan dengan argumentasi tepat dan landasan kuat.
“Dengan demikian, legacy yang dapat ditinggalkan dari guru PAI bisa dalam bentuk fisik, pengetahuan, dan bisa juga dalam bentuk perilaku baik,” pungkasnya. (YB/Yuyun)
Bagikan: