Batam (Pendis) - Ketika ada yang mengatakan bahwa sebaiknya pendidikan agama Islam dihapus saja, itu wajar saja. Karena selama ini PAI dianggap belum mampu menjadikan manusia yang beriman, bertakwa, dan berakhlak sosial yang baik. PAI dianggap gagal. Ini ditandai dengan masih banyaknya tantangan PAI yang terjadi di masyarakat, seperti kasus pembunuhan, perkosaan, korupsi, dan masih banyak lagi yang lainnya. Dan semua kesalahan itu ditumpukan kepada guru agama. Guru agama dianggap tidak mampu mengajar agama dengan baik, lemah kompetensi dan penguasaan metodologi pembelajarannya. Demikian disampaikan Kepala Subdit PAI pada SMP, Nifasri, di hadapan 50 guru PAI SMP peserta kegiatan Pengembangan Pembelajaran dan Penilaian Kurikulum PAI SMP di Batam City Hotel, Kota Batam, 23-25 November 2016.
"Memang kita akui bahwa, guru agama selama ini kurang bermutu, sehingga tidak mampu melakukan pembelajaran dengan baik. Namun, sebenarnya yang salah bukan guru agama semata, tetapi pemerintah. Pendidikan agama tidak diperhatikan, regulasi-regulasi yang ada pun tidak berpihak kepada PAI. Sehingga guru agama, mutu dan kompetensinya tidak meningkat," ujar Nifasri pada Rabu (23/11/2016).
Hadir dalam pembukaan kegiatan Kasubdit PAI pada SMP, Kabid Pakis Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Kepulauan Riau, Kasi Pakis Kantor Kemenag Kota Batam, dan Kasi di lingkungan Direktorat Pendidikan Agama Islam.
"Perilaku menyimpang tersebut sebagai tantangan PAI, karena sebagian besar warga negara kita adalah mereka yang belajar PAI, dan sampai sekarang belum bisa menonjolkan keunggulan PAI itu yang apa dan seperti apa. Sampai saat ini belum bisa dirumuskan. Seharusnya, keunggulan PAI adalah mampu menjadikan manusia beriman, bertakwa, dan berakhlak mulia. Naumn yang terjadi adalah sebaliknya, di masyarakat terjadi hal-hal yang aneh-aneh," imbuhnya.
Namun demikian, Nifasri mengajak kepada para peserta agar tidak pesemistis, harus optimis. Jika selama ini PAI dianggap belum mampu mempengaruhi karakter seseorang untuk menjadi baik, maka semua komponen harus harus dibenahi dan diperbaiki. Sehingga nantinya bisa mewujudkan PAI yang berkualitas, integratif, dan kompetitif. Untuk memperbaiki dan meningkatkan mutu PAI, setidaknya ada tiga komponen yang harus diperhatikan. Pertama, SDM, baik guru maupun pengawas, perlu ditingkatkan kompetensi dan metodologi pembelajaran yang digunakannya. Kedua, lingkungan. Merubah mindset orang tua dan masyarakat yang menganggap pendidikan agama tidak penting, sehingga mereka mau peduli terhadap pendidikan agama. Ketiga, kelembagaan. Alokasi jam pelajaran yang hanya 3 jam, kurikulum yang overloaded dan kebijakan kurikulum yang terkesan bongkar pasang juga perlu diperbaiki. Dan yang tidak kalah penting juga adalah sarana prasarana keagamaan.
"Tapi kita tidak usah pesimis. Kalau PAI selama ini belum mampu menmpengaruhi karakter seseorang menjadi lebih baik, harus kita perbaiki. Kita aharus bisa mewujdukan PAI yg berkualitas, integratif, dan kompetittif. Bagaiaman mewjudkan PAI yang berkualitas? Tentu saja membenahi komponen-komponen yang berkaitan dengan itu, misalnya memperbaiki guru dan pengawas, dan sebagainya"
Terkait dengan peningkatan kompetensi guru dan pengawas, melalui kegiatan ini, Kasubdit menyatakan target yang ingin dicapai adalah (1) memberikan pemahaman kepada GPAI tentang metodologi pembelajaran perspektif Kurikulum 2013; (2) memberikan pemahaman tentang pembuatan media pembelajaran berbasis ICT; (3) pemahaman, pemantapan, dan penguasaan tentang penilaian dan evaluasi, dan; (4) diharapkan peserta mampu membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
Di samping itu, GPAI juga harus mampu menulis karya ilmiah. Isu-isu faktual yang terjadi dan berkembang di masyarakat bisa disosialisasikan melalui tulisan. Menurut hasil penelitian Litbang, bahwa sebagian besar guru PAI minat bacanya kurang. Ada yang gemar membaca, tetapi literatur atau referensi yang digunakan masih buku-buku lama.
"Dengan membiasakan menulis, secara otomatis mereka akan memperbanyak banyak bahan bacaan," tegasnya.
Terakhir, Kasubdit berharap GPAI harus di depan dan menjadi lebih percaya diri. GPAI harus hebat dalam semua hal, dalam bersikap, berperilaku, pergaulan, dan mampu menjadi tokoh di masyarakat. (ozi/dod)
Bagikan: