Makasar (Kemenag) - Lomba Kreasi Busana dalam ajang Pekan Kreatifitas dan Seni PAI (Pentas PAI) memasuki tahap enam besar. Dalam tahap ini akan ditentukan juara I,II, dan III, serta harapan I, II, dan III. Keenam peserta tersebut berasal dari enam provinsi, yaitu Banten, Jawa Barat, Jawa Timur, Kalimantan Selatan, Kalimantan Barat dan Sulawesi Selatan.
Para peserta yang masuk dalam enam besar, sebelumnnya bersaing ketatat dengan 24 peserta dari 24 provinsi. Kemudian mereka dipilih menjadi 10 besar, yang selanjutnya dengan penilaian ketat terpilihlah enam besar.
Untuk pengumuman kontingen provinsi mana yang menjadi juara lomba kreasi busana Pentas PAI, akan dilakukan pada saat penutupan, Ahad (13/10/2019).
Direktur Pendidikan Agama Islam (PAI) Rohmat Mulyana, merasa takjub dengan apa yang dihasilkan oleh para peserta lomba kreasi busana. Menurutnya, kreasi busana yang dihasilkan oleh para peserta sangat bagus-bagus dan menampilkan unsur karakter budaya lokal tanpa menghilangkan desain busana muslimah yang syari.
"Betapa hebat anak-anak (peserta lomba) dalam mendesain dan mengkreasikan ide ke dalam bentuk busana muslimah. Ini menjadi bukti bahwa anak-anak kita memiliki bakat yang harus terus dikembangkan," ujar Rohmat di lokasi perlombaan di Makasar, Sabtu (12/10).
Rohmat berharap, kedepan kreasi busana yang dikembangkan oleh anak-anak peserta Pentas PAI semakin lebih baik. "Semoga kedepan semakin lebih berkembang dan lahir desainer-desainer dari Pentas PAI," ujarnya.
Salah satu juri Lomba Kreasi Busana Pentas PAI, Anggiasari Mawardi, merasa kagum dengan karya-karya para peserta. Menurutnya, memasuki tahun ke-4 untuk lomba kreasi busana Pentas PAI, desain peserta semakin lebih baik.
"Dari tahun ke tahun, desainnya semakin lebih baik, lebih keren. Saya kagum dengan karya-karya peserta, mode-modenya lebih kekinian tanpa menghilangkan unsur syari," tutur anggota Asosiasi Perancang Pengusaha Mode Indonesia (APPMI).
Lebih lanjut wanita yang biasa disapa Anggi menjelaskan kriteria penilaian yang dilakukan oleh para dewan juri. Menurutnya, dalam setiap desain, perancang busana atau pengkreasi busana tidak boleh melupakan sketsa gambar, karena hal ini menentukan seperti apa karya yang akan dibuat.
"Selanjutnya adalah, penggunaan bahan. Bahan yang digunakan apakah semuanya lokal atau impor. Kemudian ketika sudah jadi, saat dipake oleh model, enak dilihat atau tidak, unsur kombinasi warna juga menjadi pertimbangan juri dalam menilai," terangnya.
Selain itu, lanjut Anggi, adalah kemampuan peserta dalam mempresentasikan karyanya di depan publik dan harga jual karya yang sudah jadi. "Penilaian lain adalah kemampuan presentasi di depan publik dan harga jual karya yang sudah jadi," imbuhnya.
Menurut Anggi, yang tidak kalah penting adalah unsur budaya lokal yang diangkat oleh masing-masing peserta. "Peserta harus mampu mengangkat unsur budaya lokal dalam setiap karyanya, tanpa menghilangkan unsur syari pakaian muslimah," pungkasnya. (M Yani)
Foto: Humas Pendis/ Zahirul
Bagikan: