Bangkok (Pendis) - Mengunjungi Sekolah Indonesia Luar Negeri (SILN) adalah tahap akhir Professional Development Program Study Visit Thailand, 2-8 Desember 2018. Diskusi dengan Solikhul Hikmah, Kepala Sekolah Indonesia Bangkok (SIB) menginformasikan bahwa pengampu mata pelajaran PAI saat ini di SIB adalah guru matematika dan guru PPkN. "Ini karena guru PAI di sini tidak ada," ujarnya menginformasikan. Bahkan menurut Pak Olih, begitu ia biasa dipanggil, jika ada kunjungan da`i Ramadhan yang ditugaskan dari Indonesia, kami manfaatkan mereka untuk `nyambi` ngajar di pagi harinya di SIB.
Pak Olih juga menginformasikan bahwa pernah ada guru PAI yang mengajar di SIB, cuma sayangnya dia mengundurkan diri dan kembali ke Indonesia. "Kami tidak tahu apa alasannya mengapa dia tidak kembali lagi, tapi mungkin ia punya agenda tersendiri," ujar Olih, Kepala SIB.
Kementerian Agama perlu berpartisipasi dalam beberapa program yang dapat mengajarkan PAI di SIB, mungkin difasilitasi melalui program-program khusus. "Terus terang, kami membutuhkan guru agama," katanya berharap. Untuk menanamkan cinta agama, SIB menyelenggarakan aktifitas di luar kelas berupa Shalat Dhuha dan ngaji Qiroati.
Menurut Prof. Dr. Mustari, MA, bahwa pihaknya menyampaikan terima kasih kepada masyarakat Indonesia karena banyak yang menjadikan SIB ini sebagai ajang praktik lapangan atau KKN beberapa perguruan tinggi di Indonesia, salah satunya adalah IAIN Salatiga. Besar biayanyapun tidak begitu mahal. "Kami berterima kasih kepada akademisi di Indonesia yang menjadikan SIB sebagai lahan praktikum. Karena itu sangat membantu dari aspek ketenagaan. Memang biaya ke Bangkok ini sangat terjangkau. Saya menghitung secara kasar saja biaya selama satu bulan, plus transportasi dan akomodasi dengan makannya per orang untuk standar mahasiswa tidak sampai 10 juta," kata Mustari menjelaskan.
Menurut dosen UIN Alauddin ini, pihak Kedubes menerima dengan tangan terbuka program kemitraan untuk kepentingan pendidikan di SIB. Dalam beberapa hal, kedutaan bisa menanggung akomodasinya jika saat pelaksanaan program, kedutaan tidak menggunakannya. "Semoga Kementerian Agama bisa menindaklanjutinya," harapnya mengakhiri forum diskusi. (n15/dod)
Bagikan: