Bekasi (Pendis) --- Staf Khusus Menteri Agama (Stafsus Menag) Wibowo Prasetyo menilai peran guru Pendidikan Agama Islam (PAI) sangat strategis dalam membentuk karakter anak didik Indonesia di Tengah tantangan era digital ini. Keteladanan terhadap nilai-nilai spiritual, kepribadian dan kepemimpinan yang ditanamkan para guru PAI menjadi pondasi yang kuat untuk membangun generasi bangsa yang lebih kokoh kedepan.
“10 tahun kedepan kita akan digantikan oleh generasi Z. Mereka akan menjadi pemimpin, menjadi pemegang kebijakan. Jika mereka tidak dibekali dengan pemahaman keagamaan yang baik dan dengan cara yang tepat, kita akan menjadi pihak yang berdosa,” ujar Wibowo saat membuka diskusi dalam Rapat Koordinasi, Pelaksanaan, Pengembangan, Tata Kelola, dan Layanan Direktorat PAI di Bekasi, Selasa (14/05) malam.
Wibowo mengungkapkan, guru PAI memiliki posisi strategis karena setiap hari berinteraksi dengan anak didik yang mayoritas merupakan generasi Z. Kelebihan generasi pengguna aktif internet ini, ujar Wibowo, sangat terbuka, toleran, cepat menerima informasi, kritis, multitasking, interaktif dan ambisius. Namun di sisi lain, para generasi Z ini memiliki kecenderungan lemah dalam hal memverifikasi informasi. Imbasnya, mereka mudah menyerap berbagai informasi tanpa menyadari bahwa apa yang mereka terima hoaks atau tidak.
“Di sinilah peran strategis guru PAI agar menjadi penjernih atas berbagai kabar hoaks, termasuk yang berkaitan dengan isu-isu agama. Ini agar menghindarkan anak didik mengalami kesalahan dalam beragama” terang Wibowo.
Ia kemudian mengungkapkan apresiasinya kepada Direktorat PAI yang telah membuat peta jalan (roadmap) dalam rangka menata pembelajaran agama Islam menjadi lebih berkualitas dan tepat sasaran. Program Satu Data untuk Semua dan Digitalisasi yang masuk dalam peta jalan itu mengindikasikan PAI ke depan akan lebih bersinggungan dengan pemanfaatan kemajuan teknologi.
“Program ini tepat karena sesuai dengan program besar Satu Data Indonesia pada 2025. Jika semua berbasis digital maka akan meningkatkan aspek transparansi, akuntabel, dan lebih terukur. Bahkan potensi penyimpangan atau fraud bisa kita hindarkan,” tandas mantan pemimpin redaksi surat kabar di Jawa Tengah ini.
Direktur PAI M Munir menjelaskan, selain mendorong digitalisasi, pihaknya juga akan terus meningkatkan kompetensi dan kualifikasi terhadap guru serta pengawas PAI. Karir maupun kesejahteraan guru dan pengawas juga menjadi perhatian agar mereka lebih fokus dalam bertugas. Program penguatan moderasi beragama juga terus dikembangkan, antara lain membangun ekosistem di tingkat sekolah sampai perguruan tinggi. Demikian pula budaya religius di sekolah juga diperkuat.
“Kurikulum PAI juga terus dibenahi agar lebih membumi dan pola pengajaran menjadi menyenangkan. Program lain adalah kami berupa rebranding PAI dengan memanfaatkan media sosial agar lebih mengakar di benak publik sekaligus memberikan kemanfaatan yang luas” jelas Munir.
Bagikan: