Manado (Pendis) - Negara besar bernama Indonesia dikenal sejak lama dengan keteguhan prinsip dan nilai-nilai luhurnya. Perdamaian menjadi salah satu tonggak alasan berdirinya negara kepulauan ini. Islam Nusantara sebagai kosa kata ideal yang digaungkan Kementerian Agama RI menjadi dasar pembentukan studi dan toleransi Islam yang lebih majemuk (plural) dan harmonis (damai). Oleh karena itu, dalam AICIS 2015 ditandatangani Deklarasi Manado untuk Indonesia Damai oleh para pimpinan perguruan tinggi keagamaan, tokoh agama, tokoh adat dan masyarakat.
Indonesia adalah negara demokrasi terbesar ketiga di dunia. Indonesia adalah negara besar yang memiliki sejarah besar, tokoh besar, konsepsi besar dan sudah semestinya melahirkan bangsa yang berpikir dan berjiwa besar. Negara sebesar Indonesia, yang terdiri dari beragam suku bangsa, gugusan pulau, daerah, agama dan keyakinan, bersatu untuk tujuan bersama sebagaimana amanat konstitusi : (1) melindungi segenap bangsa Indonesia; (2) memajukan kesejahteraan umum; (3) mencerdaskan kehidupan bangsa; (4) ikut melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial.
Realitas ke-Indonesiaan yang majemuk itu adalah sebuah keniscayaan. Kemajemukan dan keragaman adalah sunnatullah sebagaimana Firman Tuhan yang berbunyi wa lau sya`a Allah la ja`alakum ummatan wahidatan wa lakin li-yabluwakum fi ma atakum. Fastabiqul khairat. Ila Allah marji`ukum jami`an…. Sekiranya Allah berkenan, tentulah Ia jadikan kamu sekalian sebagai umat yang satu. Tetapi maksud-Nya hendak menguji kamu dalam apa yang diberikannya kepadamu. Karena itu, berlomba-lombalah kamu dalam kebaikan. Kepada Allah kamu kembali semuanya. (QS. Al-Ma`idah: ayat 48).
"Kemajemukan Indonesia adalah rahmat. Sehingga, kita harus pandai-pandai mengelola Indonesia. Harmony in Diversity. Hidup damai dalam perbedaan adalah dambaan kita semua. Hidup dengan penuh warna-warni juga sesuatu yang sangat indah," ujar Menteri Agama RI Lukman Hakim Saifuddin di Manado (03/09/15).
Konferensi internasional tahunan kali ini berlangsung tidak lama setelah dua organisasi civil society terkemuka di Indonesia, Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah, melaksanakan muktamarnya dengan keputusan-keputusan yang luar biasa hebat untuk kepentingan menjaga kemajemukan dan pluralitas kebangsaan Indonesia. Harus diakui, bahwa peran kedua organisasi ini sebagai penjaga gawang kebhinnekaan Indonesia sangat penting dalam merawat Indonesia sebagai satu dari sedikit negara-negara di dunia yang berhasil mempertahankan prinsip utama negara modern, yaitu: Harmony in Diversity.
Dalam konteks inilah AICIS ke-15 ini memiliki makna yang sangat penting dan strategis. Tema yang dipilih, yaitu “Harmony in Diversity”, adalah tema yang sangat relevan dengan kebutuhan dan permasalahan yang dihadapi bangsa. Tema ini perlu terus dikumandangkan agar nilai-nilai pluralisme dan kedamaian semakin tumbuh dan berkembang dalam kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia.
Deklarasi Manado untuk Indonesia Damai ditandatangani oleh Menteri Agama RI Lukman Hakim Saifuddin, Dirjen Pendidikan Islam Kamaruddin Amin, Wakil Gubernur Sulawesi Utara Djouhari Kansil, Direktur Pendidikan Tinggi Islam Amsal Bahtiar, Rektor IAIN Lampung Mukri, Rektor IAIN Manado Rukmina Gonibala, Rektor UIN Aceh Farid Wajdi, Rektor UIN Makassar Musafir Pababbari, Rektor UIN Surabaya Abdul A`la, Rektor IAIN Banjarmasin Fauzi Aseri, Rektor IAIN Ambon Hasbullah Toisuta, Ketua STAIN Jayapura Habib Al-Idrus, Ketua STAIN Pamekasan M Taufik, dan Ketua STAKN Manado Jeane Tulung.
Adapun piagam bersama yang diusung selaras dengan tema penyelenggaraan AICIS Tahun 2015 : Harmoni in Diversity: Promoting Moderation and Preventing Conflicts in Socio-Religious Life ini berisikan antara lain : 1) Kami meyakini bahwa keragaman bangsa Indonesia adalah sumber kekuatan; 2) Kami bertekad menjaga suasana damai dalam kehidupan berbangsa dan bernegara untuk Indonesia yang kuat, sejahtera dan berdaulat; 3) Kami akan bahu membahu dengan semua komponen bangsa untuk mencegah setiap usaha, gerakan, dan pemikiran yang dapat mengusik kedamaian dalam kehidupan berbangsa dan bernegara; 4) Kami mendukung setiap langkah negara untuk mencegah berkembangnya segala bentuk fanatisme, ekstrimisme dan radikalisme yang mengatasnamakan suku, agama, ras dan golongan; 5) Kami mengajak semua komponen bangsa untuk berperan aktif dalam menegakkan nilai-nilai kebersamaan, dan menjaga kedamaian.
Dalam kegiatan yang berlangsung selama 4 hari ini (3-6 September 2015), akan dihadiri sebanyak kurang lebih 1500 peserta dari mancanegara baik sebagai pemateri utama, presenter pleno, maupun pembahas berbagai naskah akademik/ paper ilmiah bidang studi kajian Islam. Annual International Conference on Islamic Studies (AICIS) Tahun 2015 ini dibuka oleh Menteri Agama RI Lukman Hakim Saifuddin dan ditutup secara resmi oleh Dirjen Pendidikan Islam Kamaruddin Amin, Direktur Pendidikan Tinggi Islam Amsal Bahtiar dan Rektor IAIN Manado Rukmina Gonibala setelah sebelumnya akan ada closing-remarks dari KH. Mustofa Bisri.
(sya/dod)
Bagikan: