Jember (Pendis) - Prihatin maraknya penyebaran berita hoax dan radikalisme yang mengancam keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia, mendorong Dewan Eksekutif Mahasiswa (DEMA)/Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) se-Indonesia menggelar Seminar Nasional dan Musyawarah Nasional di IAIN Jember.
Dengan mengutip Bertrand Russell Presidium Nasional BEM PTKI Anis Rohmatulloh mengatakan satu-satunya yang akan menyelamatkan umat adalah kerjasama. Diperkuat pesan revolusioner Sayyidina Ali kebaikan yang tidak terorganisir akan dikalahkan oleh kebatilan yang terorganisir.
Anis mengatakan munas sebagai sarana strategis untuk menkonsolidasikan berbagai ide dan gagasan sekaligus melakukan aksi memperkuat NKRI dari berbagai ancaman termasuk berita hoax dan radikalisme.
Anis menegaskan pemuda dan mahasiswa berjiwa pelopor bukan pengekor, pengais bukan pengemis, perintis bukan pewaris, pemenang bukan pecundang, dan generasi yang beradab bukan yang biadab. Karenanya harus bersama-sama memperkuat komitmen kebangsaan.
Wasik Ketua Umum Dema IAIN Jember mengatakan mahasiswa harus berperan menjadi moral force menghadapi bahaya radikalisme dan memperkuat peran sosial agar keberadaan mahasiswa bermanfaat untuk masyarakat dan lingkungannya. Juga peran inteletual, yaitu mahasiswa sebagai kaum intelektual harus mampu melakukan pencerahan dan perubahan bangsa.
Penyebaran informasi yang begitu cepat menjadikan orang dengan mudah memproduksi informasi utamanya melalui media sosial seperti facebook, twitter, whatsapp, IG dan lain-lain. "Informasi melalui media sosial dapat menghegemonim pola pikir, mengkonstruk pemahaman, emosi, pikiran bahkan tindakan seseorang atau kelompok," kata Wasik.
Ditambahkan oleh Wasik masyarakat dengan mudah mendapatkan informasi yang tidak akurat bahkan bohong (hoax) dengan angle provokatif menggiring pembaca dan penerima kepada opini yang negatif mengarah pada ujaran kebencian dan fitnah.
Kementerian Komunikasi dan Informatika menyebutkan ada sebanyak 800 ribu situs di Indonesia yang terindikasi sebagai penyebar berita palsu dan ujaran kebencian (hate speech) dan sudah memblokir 773 ribu situs.
Kasi Kemahasiswaan Ditjen Pendidikan Islam Kementerian Agama Ruchman Basori mengatakan gerakan-gerakan radikalisme merupakan buah dari pemahaman skripturalistik, terhadap teks-teks keagamaan yang dipaksakan untuk melegitimasi violence actions".
Pemahaman skripturalis menganggap bahwa kebenaran hanya ada di dalam teks dan tidak ada kebenaran di luar teks dan mereka menyeru jihad dan menebarkan teror atas nama agama, lanjut Ruchman.
Ruchman Basori meminta kepada DEMA PTKI untuk melakukan langkah-langkah taktis melawan radikalisme dan berita hoax, salah satunya dengan melakukan counter ideology agar orang yang tadinya berpotensi radikal menjadi moderat.
Selain itu kata Alumni UIN Walisongo ini adalah kerjasama sinergis dengan pihak keamanan seperti TNI, Polri dan Badan Intelijen Negara. Program counter media di dunia maya, untuk melawan media-media digital yang dimanfaatkan kelompok radikal untuk menyebarkan pahamnya.
Munas dilaksanakan pada tanggal 10 s/d 12 Mei 2018 dan diikuti oleh 200 Perwakilan DEMA/BEM PTKI se-Indonesia. Hadir memberikan pencerahan dalam Semnar Nasional dan Munas adalah Bupati Jember, Rektor IAIN Jember Babun Suharto, Kapores Jember dan sejumlah nara sumber berskala nasional. (@viva_tnu/dod)
Bagikan: