Kudus (Pendis) - Karakteristik generasi milenial yang positif seperti kreatif, terkoneksi, efektif dan bersemangat sangat potensial untuk menjadi agen dakwah yang inovatif. Karenanya, generasi muslim milenial perlu disiapkan menjadi warga dunia (global netizen) yang mengakar kuat pada nilai dan ajaran agamanya.
Hal itu dikatakan Arskal Salim GP Direktur Pendidikan Tinggi Keagamaan Islam (PTKI) Ditjen Pendidikan Islam Kemenag saat menjadi narasumber pada studium general di Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Kudus pada Rabu (12/09) di Kudus.
Arskal Salim menambahkan, pendekatan pendidikan dan pengajaran agama perlu menyesuaikan dengan konteks kekinian generasi millenial yaitu produktif, penuh energi dan semangat, percaya diri, siap dengan perubahan, suka berkolaborasi secara online dan lebih banyak menghabiskan waktu dengan ponsel pintar ketimbang komputer.
Generasi milenial atau generasi Y, kata Arskal adalah mereka yang lahir pada kisaran tahun 1980-2000-an dan saat ini (2018) berusia 17- 37 tahun.
Terkait dengan bagaimana meneguhkan nilai keislaman pada generasi millenial, Guru Besar UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ini berharap agar menggunakan berbagai metode yang menarik. "Generasi milenial mungkin tidak lagi merasa tertarik untuk belajar dari buku saja dan menghafal saja tetapi mereka perlu didampingi dan diarahkan dalam hal penggunaan sosial media digunakan untuk hal positif dan produktif," katanya.
Arskal Salim menguraikan fakta terkini menunjukkan bahwa 32% (81 juta dari 255 juta penduduk Indonesia pada 2017) dan akan terus bertambah populasinya hingga 60% dari total populasi pada tahun 2020; Mahasiswa PTKI yang juga generasi milenial berjumlah total 802.637 (negeri dan swasta) yang tersebar di 744 PTKI (negeri dan swasta).
Arskal Salim juga meminta agar melibatkan generasi milenial pada program dan gerakan keagamaan yang berbasis sosial media. "Dengan pengnguasaan teknologi informasi generasi millenial bisa mengambil peluang-peluang strategis dalam melakukan dakwah Islamiyah yang ramah, toleran, dan damai," kata Arskal.
Mudzakir Rektor IAIN Kudus mengharapkan agar mahasiswa IAIN Kudus memanfaatkan perkembangan kemajuan teknologi untuk meningkatkan kualitas dirinya untuk bisa bersaing dengan mahasiswa lainnya.
"Seluruh civitas akademika IAIN harus siap menghadapi era baru yang biasa disebut era industri 4.0 dimana tenaga manusia mulai tergeser dengan tenaga robot," kata Mudzakir.
Sementara itu narasumber lain, Ruchman Basori Kasi Kemahasiswaan mengatakan pentingnya generasi millenial mendapatkan pemahaman agama dari sumber yang otoritatif. "Mahasiswa harus menjadi garda terdepan untuk memberikan narasi dan idiologi Islam yang moderat dan toleran," kata Ruchman.
Untuk itu mahasiswa harus menjadi sosok yang cerdas dan kritis sehingga mampu melakukan counter narasi dan idiologi pada paham dan gerakan yang intoleran dan radikal.
Studium general diikuti oleh 3.261 mahasiswa baru tahun akademik 2018/2019. Tampak hadir Muhammad Ihsan Direktur Pascasarjana Abdurrahman Kasdi Wakil Rektor Bidag Kemahasiswaan, Nadzirin Yuda Keua LP2M dan segenap pimpinan serta civitas akademika lainnya. (RB/dod)
Bagikan: