Bali (Pendis) – Direktur Jenderal Pendidikan Islam, Muhammad Ali Ramdhani memberikan arahan pada rangkaian gelaran The 21st Annual International Conference on Islamic Studies (AICIS) tahun 2022, Selasa malam (01/11/2022). Ajang bergengsi yang mempertemukan para panelis dari dalam dan luar negeri ini telah dibuka secara resmi oleh Menteri Agama RI, pada 20 Oktober 2022 lalu.
Rangkaian gelaran mengangkat tajuk utama Future Religion in G20 ini akan dilaksanakan mulai tanggal 1 hingga 4 November 2022. Dengan tema dasar adalah Digital Transformation, Knowledge Management dan Social Resilience. Ketiga tema ini diusung dalam menghadapi turbulensi dinamika yang luar biasa.
"Agama hadir dimensi awalnya untuk mempertautkan jiwa dan cinta diantara kita, belakangan agama menjadi sekat pembeda antar insan manusia. Agama dulu, datang untuk menghancurkan berhala, tetapi kini agama telah menjadi berhala. Orang memuja-muja agama tetapi tidak melakukan ajaran keagamaan, dia mengaku dirinya orang yang paling beriman, tetapi perilakunya jauh dari nilai-nilai keimanan. " ungkapnya.
“Future Religion pada dasarnya adalah untuk mengembalikan nilai-nilai keagamaan pada ruh keagamaan yang sesungguhnya, ketika kita sadar bahwa agama hadir untuk mendekatkan insan-insan antar manusia. Agama mengajarkan potret-potret wajah orang-orang yang ramah tidak marah, mereka yang mengajak tidak mengejek, mereka yang membina, tidak menghina, mereka yang mencinta bukan mencerca. Agama seperti itu harus hadir di dalam diri kita, maka AICIS membahas tentang hal tersebut,” imbuh Guru Besar UIN Sunan Gunung Djati Bandung ini.
Dhani menekankan perlu direkonstruksi tentang fiqih. Konsep fiqih harus menjadi perhatian bersama, harus diadaptasi dengan mekanisme baru. Berbagai perkembangan persoalan yang dihadapi seseorang saat ini sangat beragam dan dinamis.
“Dalam agama, pintu ijtihad ditutup sejak abad ke 15, karena sejak saat itu, tidak ada lagi orang yang memiliki kemampuan untuk memberikan ijtihad atau fatwa-fatwa. Dengan adanya dinamika persoalan yang berkembang saat ini, kita perlu beradaptasi dengan ruang hukum baru, maka forum seperti ini diharapkan paling tidak merumuskan mekanisme-mekanisme bagaimana ijtihad dalam ruang kekosongan ketika tidak boleh ada orang yang memberikan fatwa, apakah negara mengambil posisi sebagai pengambil fatwa atau organisasi-organisasi persyaratannya seperti apa untuk membahas sesuatu hal yang memang urgen untuk dibahas”, papar Dhani sapaan akrabnya.
Pada akhir sambutannya, Dhani berharap pertemuan yang penuh dengan orang hebat seperti dalam AICIS ini diharapkan memberikan solusi terhadap persoalan-persoalan yang dihadapi. Makanya sangat penting diadakannya sharing pengetahuan tokoh pemuka agama. Dengan best practice serta pengalaman dari pengajaran keagaman yang telah dilakukan.
Hadir dalam giat ini, Gubernur Bali, Direktur Jenderal Bimas Islam, Direktur Jenderal Bimas Kristen, Dirjen Bimas katolik, Dirjen Bimas Hindu, Dirjen Bimas Buddha, Kepala Balai Litbang dan Diklat, Inspektur Jenderal, Rektor Universitas Hindu Negeri dan Rektor PTKIN se-Indonesia.
Bagikan: