Kudus (Pendis) - Di era milineal, meniscayakan elemen organisasi kemahasiswa untuk menata ulang model gerakan mahasiswa yang efektif dan sesuai dengan karakter millenial. Model demonstrasi atau turun jalan perlu dilihat ulang, terutama ketika mengkritisi persoalan-persoalan internal kampus.
Pernyataan itu dilontarkan Ruchman Basori, Kasi Kemahasiswaan Direktorat Perguruan Tinggi Keagamaan Islam (PTKI) Kemenag RI kepada segenap pimpinan organisasi kemahasiswaan (Ormawa) STAIN Kudus saat berkunjung ke kampus yang tidak lama lagi akan beralih status dari STAIN menjadi IAIN itu, Jum`at (13/04).
Bertempat di ruangan Wakil Ketua Bidang Kemahasiswaan STAIN Kudus, Ruchman banyak membahas hal yang menyangkut kegiatan Ormawa yang memang dia bidangi. Salah satunya tentang cara menajamkan kepedulian sosial dan kebangsaan melalui demonstrasi dan penyampaian aspirasi kepada pihak kampus.
Ruchman mengatakan, banyak hal yang lebih bijak dan elegan kalau ingin mengkritisi kebijakan kampus yang dirasa kurang tepat. Tidak harus dengan aksi demonstrasi dan bakar-bakar, koar-koar di kampus. Misalnya, mengganti aksi dengan menuangkan gagasan lewat tulisan, diplomasi dan dialog terbuka dengan pihak kampus.
Aksi-aksi mahasiswa bisa disalurkan untuk menyoroti masalah-masalah ketidakdilan, diskriminasi, issu-issu kemanusiaan dan persoalan global, lanjut Ruchman. "Kalian generasi milineal, generasi yang berada di era peradaban digital, maka perlu mengedepankan gagasan kreatif dan inovatif," tutur alumnus IAIN Walisongo itu.
Mantan Ketua I SEMA IAIN Walisongo menegaskan aksi demonstrasi yang anarkhis hanya akan menciptakan citra buruk kampus di mata khalayak. Selain itu, iklim akademik akan terciderai karena tindakan-tindakan yang biasanya kurang pantas dilakukan mahasiswa yang notabene kaum terdidik.
Pembicaraan tentang model penyaluran aspirasi ini saya bicara secara umum bukan untuk mahasiswa STAIN Kudus saja. "Saya yakin anda akan memilih pendekatan dialog dalam menyoroti internal kampus".
Hal lain yang disampaikan Ruchman adalah berbagai program kemahasiswaan seperti student mobility program, kompetisi karya ilmiah populer, temu DEMA PTKIN, dan PW PTK 2018 di UIN Riau.
Senada dengan Ruchman, Abdurrahman Kasdi, Wakil Ketua Bidang Kemahasiswaan menganjurkan kepada mahasiswa agar mengedepankan prinsip tabayyun dan kesantunan dalam menanggapi kebijakan kampus. Masalah-masalah yang dihadapi lebih baik dibicarakan dengan pimpinan agar tidak terjadi konflik yang merugikan.
"Benar kata pak Ruchman, aktivis kampus seperti kalian harus bisa memberikan contoh baik kepada mahasiswa lain dalam menyelesaikan masalah," katanya. Saya harap kita bisa saling memahami dan memaklumi dan bersinergi untuk membesarkan kampus kita, harapnya. (faqih/dod)
Bagikan: