Jakarta (Pendis) - Direktur Pendidikan Tinggi Keagamaan Islam (PTKI) Arskal Salim mengungkapkan, semua pihak baik direktorat PTKI, pimpinan maupun para dosen PTKI telah menunjukkan antusias yang tinggi dalam melakukan proses integrasi keilmuan di kampus-kampus Islam. Namun ia mengingatkan perlunya kolaborasi antara prodi atau dosen agama dan umum agar proses integrasi ini dapat berjalan dengan baik.
“Tidak mungkin integrasi dapat dilakukan secara sendiri-sendiri. Tidak boleh ada ‘one man show’. Harus ada kolaborasi,” katanya dalam Tadarus Litapdimas Seri-ke5 yang mengambil tema “Integrasi Keilmuan: Fact Atau Fake”, Kamis (7/5/2020). Dilaporkan, kegiatan ini diikuti lebih dari 2.000-an perserta pimpinan dan para dosen serta peneliti di lingkungan PTKI seluruh tanah air melalui aplikasi Zoom dan akun youtube Pendis Channel.
Menurut Direktur PTKI, kolaborasi antara prodi atau dosen agama dan umum tersebut antara lain bisa dilakukan dengan membuat program induksi dosen. Para dosen agama diberikan penguatan wasasan sains sebelum mereka mulai mengajar. Demikian juga umum diberikan wawasan keislaman sebelum menjalankan tugas. Kolaborasi ini belum sepenuhnya tersitem.
“Saya telah meminta Kasubdit Pengembangan Akademik untuk menyiapkan diplomanya selama enam bulan atau satu tahun. Saya menyadari betul ada beberapa dosen latar belakang umum ketika masuk umum berharap mereka akan mengadakan pengayaan agama. Namun kenyataannya di kampus mereka hanya mengalir saja di dalam berdasarkan alur yang sudah ada,” tambahnya.
Sebelumnya, Direktur PTKI menyatakan, integrasi keilmuan sudah berakar dalam tradisi pembelajaran dan tradisi ilmiah di kampus PTKI. Integrasi keilmuan tampak dalam beberapa aspek terutama dalam kerja-kerja riset di lingkungan PTKI. Para dosen juga sudah mempunyai visi dan pandangan-pandangan tentang sains di dalam Islam. Ada matakuliah berbasis sains yang ditawarkan dari semester-semester awal yang juga menunjukkan bagaimana integrasi keilmuan menjadi bagian yang inheren dalam PTKI.
Pada awal reformasi upaya proses integrasi dilakukan melalui instisusionalisasi, yakni transformasi IAIN menjadi UIN. Setelah UIN Jakarta diresmikan pada 2002, transformasi disusul belasan kampus yang secara bertahap bertansformasi menjadi universitas. Menurut Arskal, Renstra 2020-2024 bahkan memandatkan penambahan universitas negeri.
“Di saat yang sama kita juga memberikan kesempatan kepada swasta untuk mengembangkan diri menjadi universitas Islam swasta di bawah Kementerian Agama yang mandatnya juga integrasi keilmuan. Dalam waktu dekat ada universitas swasta di Jawa Timur yang akan kita berikan SK agar menjadi contoh. Kita berharap kampus Islam swasta ikut mempromosikan integrasi keilmuan dalam pembelajaran, penelitian, dan sebagainya,” ujar alumni Universitas Melbourne Australia itu.
Gerakan integrasi keilmuan di kampus Islam juga diharapkan semakin massif dengan hadirnya buku pedoman implementasi integrasi keilmuan yang telah disusun oleh Subdit pengembangan akademik 2018 dan telah beredar versi PDF-nya sehingga bisa diakses secara luas. Buku pedoman implementasi ini menjelaskan bagaimana integrasi keilmuan diaplikasikan dalam pembelajaran pada setiap fakultas atau prodi.
“Kita ingin melakukan percepatan dan perubahan besar. Itu terlihat sekali di dalam buku pedoman integrasi. Berikutnya kita juga memberikan kesempatan kepada kampus-kampus untuk melakukan eksperimentasi. Kita memberikan strategi impelentasi integrasi dan kampus bisa mengembangkannya dengan karakter masing-masing. Mudah-mudahan kampus-kampus Islam bisa menujukkan kehasannya,” pungkas Direktur PTKI Arskal Salim.
Dalam Tadarus Litapdimas Seri Ke-5 itu Agus Zaenul Fitridari, dosen dan peneliti dari IAIN Tulungagung, mempresentasikan hasil penelitiannya mengenai model dan kekhasan integrasi keilmuan di tiga Universitas Islam negeri, UIN Sunan Ampel Sby, UIN Maliki Malang, dan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Merespon pertanyaan para peserta tadarus, ia juga menawarkan beberapa alternatif strategi integrasi keilmuan yang bisa dilakukan di kampus-kampus Islam.
Sementara itu presentasi Mada Sanjaya, dosen dan peneliti dari UIN Sunan Gunung Djati Bandung seakan menghipnotis para peserta tadarus untuk kembali ke zaman keemasan Islam dengan mereview banyak sekali ulama zaman keemasan Islam yang sekaligus ahli di bidang sains. Hasil penelitiannya sendiri berhasil mengintegrasikan matematika arah kiblat al-Biruni dengan konsep robot digital.
Guru besar UIN Sunan Ampel Surabaya Akh Muzakki yang mejadi pembahas presentasi dua peneliti terbaik tingkat nasional pada BCRR Ditjen Pendidikan Islam Kementerian Agama RI Tahun 2019 itu mengatakan, integrasi keilmuan memang menjadi sebuah kebutuhan. “Kita tidak mungkin bisa hidup monodisipliner,” ujarnya.
Menurutnya, pekerjaan yang masih tersisa bagi PTKI adalah bagaimana menurunkan desain pembelajaran unggul, yakni rancangan model pengembangan keilmuan berparadigma integrasi keilmuan ke dalam praktik perkuliahan secara lebih sistemik. “Dibutuhkan sebuah modelling pembelajaran yang mencerminkan desain keilmuan dimaksud serta menerjemahkannya ke dalam proses pembelajaran,” demikian Akh Muzakki.
Lebih lanjut artikel-artikel khusus Tadarus Litapdimas Seri ke-5 ini dan seri-seri sebelumnya dapat akses secara lengkap di www.kemenag.go.id dan https://arrahim.id/ serta rubrik Jendela Penelitian dan Pengabdian Masyarakat pada www.pendis.kemenag.go.id. (Anam/Hik)
Bagikan: