Leiden (Pendis) - Presentasi peserta short course yang mengusung tema-tema lokalitas nusantara membuat takjub Bronwyn Hughes, instruktur academic writing. Berkali-kali, Bronwyn mengungkapkan bahwa meski secara detil dirinya tidak memahaminya, tapi isu lokalitas menjadikan gagasan peserta short course menemukan makna.
Aisyah Rahman, peserta Short Course dari Fakultas Arsitektur UIN Alauddin Makassar mendapatkan giliran pertama untuk mempresentasikan gambaran singkat risetnya. Mencermati konstruksi bangunan masyarakat asli Palu, Sulawesi Tengah, yang seringkali terjadi gempa mendorong Aisyah untuk melakukan riset rumah tahan gempa. Ichuy, begitu Aisyah biasa dipanggil, menyampaikan bahwa arsitek dan konstruksi rumah penduduk Palu sederhana tapi kokoh. "Itu yang membuat riset ini tidak kalah menariknya," ujarnya saat presentasi.
Lain Aisyah lain Nikmatullah. Dengan mengangkat gagasan living hadiths, Nikmatullah mengangkat tema tentang tradisi lokal masyarakat sasak yang disebut "Nyongkolan." Bagi mahasiswa program doktor UIN Syarif Hidayatullah tersebut, bahwa "Nyongkolan" merupakan titik pertemuan antara tradisi lokal dengan tradisi Islam. Forum yang didominasi peserta dengan bidang kajian keislaman ini, sekali lagi, memberikan informasi ke dunia melalui sosok Bronwyn.
Pada forum tersebut, peserta memperkenalkan tentang corak masyarakat muslim di Madura yang mempunyai tradisi menjaga kerukunan empat umat beragama melalui goresan tangan Kholilurahman; mobilitas vertikal santri di Tuban melalui tangan Fatkhul Mujib; dan masih banyak tema peserta short course lainnya yang tidak kalah menarik.
Sebagai seorang Arkeolog, Bronwyn memahami betul persoalan-persoalan tema gagasan tersebut. Maka, selama satu hari penuh, Bronwyn melakukan aksi percepatan kemampuan bahasa peserta. Dengan gayanya yang ekspresif, Bronwyn mampu memukau peserta short course. Kelas baru berakhir pada pukul 3.00 AM. Secara perlahan namun pasti, peserta dibekali cara membangun argumentasi yang kokoh dengan bahasa akademik yang tepat. "Kami mengucapkan terima kasih kepada Kementerian Agama yang telah memfasilitasi kami untuk ke Negeri Tulip ini," ujar M Tasrif, sang ketua rombongan, Menurutnya, dosen IAIN harus mendapatkan kesempatan emas seperti ini.
(**aem**/ra)Bagikan: