Kota Langsa (Pendis) - Fakultas Ushuluddin, Adab dan Dakwah (FUAD) Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Langsa, Senin (3/10/22) menggelar Seminar Refleksi 42 Tahun Perjalanan IAIN Langsa yang berlangsung di Aula Laboratorium kampus setempat.
Ketua Dewan Eksekutif Mahasiswa (DEMA) FUAD IAIN Langsa Zahra Inani menyebutkan, seminar yang dilaksanakan merupakan bagian dari rangkaian acara dalam peringatan Milad ke-42 IAIN Langsa.
Seminar ini diikuti oleh mahasiswa dan siswa yang berada di dalam tiga Kabupaten/Kota yaitu Kabupaten Aceh Timur, Kota Langsa dan Kabupaten Aceh Tamiang.
Dekan FUAD IAIN Langsa Dr. H. Muhammad Nasir, MA mengatakan, rangkaian kegiatan peringatan milad ke-42 IAIN Langsa tidak terlepas dari semangat, inovasi, dan kreatifitas tanpa henti, jargon ini menjadi landasan Dekanan dan mahasiswa untuk secara bersama-sama melaksanakan kegiatan tersebut.
Nasir melaporkan, pihaknya juga melaksanakan Seminar Nasional Tentang Aceh dalam Konstelasi Politik Nasional.
"Selain itu kita juga melaksanakan kegiatan gebyar seni dan kreatifitas mahasiswa," imbuhnya.
Nasir berharap, para mahasiswa dapat mengikuti seminar dengan baik, sehingga generasi muda ini dapat memahami dan lebih dekat dengan lembaga IAIN Langsa.
"Semoga seminar ini membawa pesan bagi generasi muda untuk mengenal lebih dekat IAIN Langsa," tandasnya.
Seminar tersebut menghadirkan tiga pemateri yaitu Rektor IAIN Langsa Dr. H. Basri, MA, dengan materi Perjuangan Transformasi dari IAI, STAI, STAIN menjadi IAIN.
Dalam paparannya, Rektor IAIN Langsa menjelaskan secara rinci lahirnya IAIN Langsa yang berdiri pada tanggal 14 Oktober 1980. Lembaga pendidikan tinggi saat itu berbentuk Institut Agama Islam (IAI) Zawiyah Cot Kala Langsa berubah menjadi Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Zawiyah Cot kala Langsa kemudian menjadi Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Zawiyah Cot Kala Langsa sampai transformasi menjadi Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Langsa.
Menurut Rektor, ada sejumlah faktor berdirinya lembaga pendidikan tinggi ini, diantaranya rekomendasi dari hasil seminar masuknya Islam ke Asia Tenggara, pada tahun 1980 di Rantau Pertamina Kualasimpang, diambil dari salah satu lembaga pendidikan pendidikan Islam telah berkembang sekitar abad ke-4 H. di Birem Bayeun, yang bernama “Zawiyah“ maka diberinama Zawiyah Cot Kala.
Faktor selanjutnya, untuk mengembalikan kemajuan pendidikan Islam yang telah berkembang pada masa kesultanan Islam di Aceh.
Kemudian, dahulu sangat banyak alumni SMA yang tidak bisa melanjutkan pendidikan di Ibu Kota Provinsi, sementara di tingkat II belum ada perguruan tinggi yang mampu memberikan akses pendidikan.
"Maka tokoh-tokoh pendiri kita berinisiatif untuk membentuk lembaga pendidikan tinggi ini," jelas Rektor.
Sementara itu, pemateri kedua yakni Mantan Wakil Walikota Langsa Dr. H. Marzuki Hamid, MM menyampaikan materi Relasi Perjuangan Mewujudkan Zawiyah Cot Kala Langsa: Peran Pemerintah Daerah, Ulama, Tokoh Politik dan Tokoh Masyarakat. Pemateri terakhir yakni Mantan Kepala Kemenag Aceh Timur, Drs. H. Abdullah, AR, MA menyampaikan materi Merintis Jalan dalam Perjuangan Mewujudkan Zawiyah Cot Kala Langsa.
Bagikan: