Cirebon (Pendis) --- Di tengah kembali mencuatnya konflik teritorial yang mengatasnamakan agama, Rumah Moderasi Beragama Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Syekh Nurjati Cirebon (RMB Sejati) menggelar sosialisasi penguatan moderasi beragama bagi mahasiswa Angkatan I, II dan III. Acara yang diikuti tak kurang dari 150 peserta tersebut bertujuan memperkuat kembali faham keagamaan moderat bagi sekaligus komitmen kebangsaan. Selain itu, penguatan moderasi beragama diselenggarakan sebagai counter narasi terhadap wacana kekerasan yang mengaburkan diferensiasi agama dan keagamaan menjelang Pemilu 2024.
Wakil Rektor I, Jamali, menyatakan pengarusutamaan moderasi beragama penting digencarkan mengingat ancaman disintegtasi bangsa bisa datang kapan saja dan dari manapun. Ia menjelaskan, mahasiswa Gen Z yang memiliki pola pikir global (global mindset) merupakan kelompok yang rentan terpapar radikalisme melalui medsos karena sebagian besar aktivitasnya terhubung dengan internet.
“Dengan meletusnya konflik Palestina – Israel yang terjadi awal Oktober lalu, kita tak dapat membayangkan bahwa konflik bisa saja datang tanpa pernah kita duga sebelumnya. Karena itu, perlu kewaspadaan dari mahasiswa agar tak mudah tersulut dengan isu ekstremisme belakangan ini yang sering kali berkamuflase dalam baju agama karena itu yang paling mudah dijual di tengah masyarakat Indonesia yang relijius”, ungkapnya saat membuka kegiatan di gedung Fakultas Ushuluddin dan Adab, Kamis (19/10).
Di ruang terpisah, Wakil Rektor II, Ilman Nafi’a, mengingatkan agar mahasiswa mampu menginternalisasi moderasi beragama agar tercipta atmosfer akademik yang moderat. Menurutnya, moderasi beragama yang saat ini direalisasikan Gusmen sebagai bagian dari program prioritas Kementerian Agama perlu diaktualisasikan di ruang akademik. Hal ini juga dilakukan untuk menekan perkembangan faham dan gerakan radikalisme dari Perguruan Tinggi Keagamaan Islam sebagaimana riset yang dikemukakan beberapa tahun silam.
“Mudah saja sebenarnya mengidentifikasi siapa yang telah terpapar radikalisme di sekeliling kita. Untuk itu, penting bagi kita untuk selalu bersikap menghargai orang lain, menebar senyum saat berjumpa mahasiswa lain, dan tidak mudah tersulut konflik horizontal, terutama saat berhadapan dengan masyarakat. Mahasiswa adalah insan akademis. Ketiga hal itu, harus dimanifestasikan bersama sebagai sikap beragama yang moderat,” tegasnya.
Disampaikan bersamaan, Hajam, Wakil Rektor III mengafirmasi konsep Moderasi Beragama sejatinya bersinergi dengan budaya Cirebon yang lekat dengan identitasnya sebagai kota santri. Nilai-nilai moderat, menurutnya, sudah merekat dengan kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia, baik yang tertulis dalam kitab suci agama-agama dan telah dipraktikkan dalam lintas generasi.
“Sebagai civitas akademika IAIN Cirebon, kita perlu belajar dari Sunan Gunung Jati yang diterima berbagai lapisan masyarakat Cirebon saat menyebarkan agama Islam. Sikap yang terpancar dari beliau di antaranya adil, berimbang, toleran, adaptif terhadap tradisi lokal, dan imparsial,” pungkasnya.
Ke depan, sosialisasi kembali akan dilaksanakan untuk mahasiswa Angkatan IV dan V yang sedianya akan digelar pada Bulan November. Kegiatan ini juga melengkapi rangkaian program prioritas RMB Sejati tahun 2024 lainnya, seperti sindikasi media dan pengembangan komunitas Sahabat Moderasi se-Ciayumajakuning yang sudah berjalan sebagaimana target yang direncanakan. [Sofi]
Bagikan: