Makassar (Pendis) -- Dalam sebuah upaya untuk menciptakan pendidikan yang inklusif dan berkeadilan bagi anak-anak di Indonesia, Pusat Studi Gender dan Anak (PSGA) UIN Alauddin Makassar bekerja sama dengan United Nations International Children's Emergency Fund (UNICEF) meluncurkan program Pesantren Ramah Anak (PRA) di Provinsi Sulawesi Selatan.
Acara peluncuran yang digelar di Hotel Four Point, Kota Makassar pada hari Senin ini menjadi tonggak sejarah dalam memperkuat peran pesantren dalam memberikan lingkungan yang aman, inklusif, dan mendukung perkembangan optimal anak-anak.
Dalam sambutannya, Wakil Rektor Bidang Akademik UIN Alauddin Makassar, Prof Mardan M Ag, menyampaikan pentingnya Pesantren Ramah Anak dalam menghadapi tantangan pendidikan anak di era modern.
"Pesantren harus menjadi pusat pendidikan yang berorientasi pada kepentingan terbaik santri. Pesantren Ramah Anak merupakan langkah nyata dalam mewujudkan visi ini," ujar Prof. Mardan.
Program Pesantren Ramah Anak yang digagas oleh PSGA UIN Alauddin Makassar dan didukung oleh UNICEF telah menyusun berbagai instrumen dan pedoman yang akan digunakan untuk mencapai indikator Pesantren Ramah Anak.
Instrumen tersebut meliputi desk review, SOP, instrumen pengukuran baseline dan endline, serta materi komunikasi, edukasi, dan informasi terkait pernikahan anak, perundungan, kesehatan mental, dan kekerasan seksual.
Dalam upaya memperluas dampak program ini, PSGA juga telah melaksanakan pelatihan peningkatan kapasitas kepada 30 guru, pembina, dan pengasuh dari dua pesantren percontohan.
Guru dan pembina yang telah terlatih kemudian memberikan pelatihan kepada kurang lebih 90 santri di masing-masing pesantren. Hal ini bertujuan untuk membangun Forum Santri sebagai ruang aman bagi para santri dalam proses belajar dan bertumbuh di Pesantren.
Setelah hampir satu tahun berjalan dan tahap intervensi yang selesai dilakukan di dua pesantren percontohan, PSGA bersama UNICEF meluncurkan program Pesantren Ramah Anak secara resmi.
Program ini akan diterapkan di 23 pesantren replikasi yang tersebar di lima kabupaten/kota di Sulawesi Selatan, yaitu Makassar, Maros, Gowa, Bone, dan Wajo.
Peluncuran program ini juga menjadi momentum penting dalam menjalin kerjasama antara PSGA dan lima dinas terkait, yaitu Kementerian Agama, Dinas Sosial, Bappeda, Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, serta Dinas Kesehatan.
Penandatanganan nota kesepahaman (MoU) antara PSGA dan dinas-dinas terkait ini menjadi bukti komitmen dalam menjaga kepentingan terbaik anak dalam pendidikan di pesantren.
Kepala PSGA UIN Alauddin Makassar, Dr Rosmini, menyatakan harapannya bahwa masyarakat akan melihat bahwa pesantren hari ini terus berbenah dan belajar.
"Program Pesantren Ramah Anak ini merupakan bukti nyata bahwa pesantren tidak berhenti berkembang demi masa depan bangsa dan kemaslahatan anak-anak," ucapnya.
Peluncuran ini dihadiri oleh sekitar 100 peserta dari berbagai kalangan, termasuk perwakilan dari UNICEF, Kementerian Agama RI, dan pemerintah daerah, serta civitas akademika UIN Alauddin Makassar dan perwakilan dari 25 pesantren yang terlibat dalam program ini.
Dengan adanya program Pesantren Ramah Anak, diharapkan pesantren di Sulawesi Selatan dapat menjadi tempat yang aman dan inklusif bagi anak-anak, memberikan pendidikan yang berkualitas, dan melindungi hak-hak mereka.
Program ini menjadi langkah maju dalam memperkuat peran pesantren sebagai lembaga pendidikan yang responsif dan berdaya saing di era modern.
Tags:
uinBagikan: