Pekalongan (Pendis) - UIN K.H. Abdurrahman Wahid Pekalongan laksanakan kegiatan Stadium Generale tahun akademik 2022/2023 pada Sabtu, (20/08/2022) di halaman gedung Fakultas Ushuluddin Adab dan Dakwah (FUAD). Acara ini mengundang Direktur Jenderal Pendidikan Islam Kemenag RI, Muhammad Ali Ramdhani sebagai narasumber.
Kegiatan yang diikuti 2.519 mahasiswa UIN Gus Dur ini mengusung tema “Mahasiswa Sebagai Agen Moderasi Beragama”. Kegiatan dibuka langsung oleh Rektor UIN K. H. Abdurrahman Wahid Pekalongan Zaenal Mustakim. Sebelumnya, kegiatan ini diawali dengan Khataman Al-Qur’an 30 juz oleh mahasiswa penerima beasiswa Tahfidz Qur’an binaan Ma’had Al-Jami’ah UIN Gus Dur. Setelah itu acara dilanjutkan dengan pembacaan istighozah dan asmaul khusna yang dibaca bersama-sama oleh peserta.
Dalam sambutannya, Zaenal mengungkapkan, generasi milenial saat ini memiliki tantangan yang besar dalam menghadapi maraknya faham radikal. “Generasi milenial berhadapan langsung dengan ekspansi ideologi Islamis, menjadi sasaran virus talibanisme,” terangnya. Hal ini menunjukkan bahwa Indonesia dalam kondisi “tidak baik – baik saja” sehingga perlu diberi pembekalan tentang moderasi beragama bagi generasi milenial seperti mahasiswa.
Zaenal menambahkan, PTKIN sebagai garda terdepan dalam upaya membumikan moderasi beragama akan diimplementasikan dalam mata kuliah Moderasi Beragama. “Untuk itu kita perlu tanamkan nilai – nilai toleransi, cinta tanah air, anti kekerasan, dan akomodatif terhadap budaya lokal terhadap mahasiswa UIN Gus Dur,” tegasnya. Dia berharap nama Gus Dur yang disematkan kepada kampus ini akan menjadi inspirasi dalam membangun sikap humanis, egaliter, serta bapak perdamaian.
“Saya berharap, mahasiswa UIN Gus Dur bisa berperan sebagai agen-agen muslim moderat, inklusif, toleran dan pembawa kedamaian,” ujarnya. Dalam sambutan yang disampaikan secara daring, Rektor berpesan agar jika para mahasiswa bertemu dengan kelompok-kelompok yang memberikan doktrin radikal patut waspadai karena ada potensi untuk mengajak ke arah intoleransi beragama. Melalui agenda Stadium Generale ini mahasiswa UIN Gus Dur diharapkan dapat menjadi agen moderasi beragama dan menyebarkan nilai-nilai moderat di lingkungan tempat tinggal mahasiswa.
Dalam penyampaian orasi Ilmiahnya, Ali Ramdhani mengatakan menerapkan moderasi beragama dalam kehidupan bersama adalah dengan cara mengejewantahkan esensi ajaran agama yang melindungi martabat kemanusiaan. Melindungi martabat kemanusiaan berarti membangun kemaslahatan bersama yang berlandaskan prinsip adil, berimbang, dan mentaati konstitusi. “Moderasi beragama bukanlah upaya memoderasikan agama, melainkan memoderasikan pemahaman, penghayatan, dan pengalaman dalam beragama,” jelasnya.
Ali Ramdhani menambahkan, terdapat empat indikator moderasi beragama yaitu toleransi, anti kekerasan, penerimaan terhadap tradisi, dan komitmen kebangsaan. Toleransi berarti menghormati segala perbedaan dan keyakinan. Anti kekerasan dimaksudkan menolak segala bentuk kekerasan seseorang atau sekelompok orang yang memaksakan suatu pemahaman atau keinginan tertentu. Kemudian ramah dalam penerimaan tradisi dan budaya lokal selama tidak bertentangan dengan pokok ajaran agama. “Terakhir, komitmen kebangsaan maka menerima prinsip-prinsip berbangsa yang tertuang dalam konstitusi, UUD 1945 dan segala peraturan perundangan di bawahnya,” pungkasnya.
Bagikan: