Ketika kita berkunjung ke perpustakaan, di manapun tempatnya biasanya kita akan menemukan suatu kalimat yang terpampang di dinding dengan berbunyi 'Membaca adalah jendela dunia' atau kalimat yang semakna dengan kalimat tersebut. Kalimat ini bukanlah sekedar kalimat yang kosong tanpa makna. Akan tetapi kalimat ini mempunyai pengaruh yang luar biasa apabila dilaksanakan dengan baik.
Membaca sebagaimana yang diketahui merupakan perintah Islam yang pertama kali. Ayat Al-Qur'an yang pertama kali diturunkan kepada Nabi Muhammad adalah perintah untuk membaca. Prof Quraish Shihab dalam kitab Tafsir Al-Misbah mengemukakan bahwa kata iqra (اقرأ) terambil dari kata qara’a (قرأ) yang pada mulanya berarti menghimpun. Apabila dirangkai suatu huruf atau kata kemudian diucapkan rangkaian tersebut maka kita telah menghimpunnya yakni membacanya.
Dengan demikian, realisasi perintah tersebut tidak mengharuskan adanya suatu teks tertulis sebagai objek bacaan, tidak pula harus diucapkan sehingga terdengar oleh orang lain. Ini berarti bacalah dalam perintah tersebut yakni membaca teks dan konteks yaitu membaca Al-Qur'an dan Hadits serta fenomena alam dan sosial lainnya.
Begitu pentingnya membaca, maka sangat dianjurkan bagi orang tua atau pemerintah untuk menggalakkan budaya literasi dan membaca sejak dini. Karena ketika dini sudah terbiasa dengan budaya membaca maka kebiasaan membaca ini akan terus dibawanya sampai dewasa. Terlebih yang dibaca adalah tulisan berbahasa Arab, yang dimana sebagaian besar sumber ilmu pengetahuan agama Islam ditulis dengan menggunakan Bahasa Arab.
Meskipun untuk menggerakkan membaca di lingkungan anak kecil, khususnya ditingkat Madrasah Ibtidaiyah bukanlah perkara yang mudah. Akan tetapi berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh M Sofyan Alnashr pada tahun 2018 dengan judul Penilaian Kemampuan Membaca Bahasa Arab Anak Kelas Rendah Madrasah Ibtidaiyah di Kabupaten Pati menunjukan bahwa sebagian besar anak Madrasah Ibtidaiyah di daerah Kabupaten Pati, memiliki kemampuan yang baik dalam membaca bahasa Arab.
Penelitian yang dilakukan berkat dukungan bantuan Direktorat Pendidikan Tinggi Keagamaan Islam (Dit PTKI) Direktorat Jenderal Pendidikan Islam (Ditjen Pendis) Kementerian Agama RI tahun anggaran 2018 ini melibatkan 36 siswa sebagai sample dari tiga madrasah di Kabupaten Pati yaitu MI Al Istiqomah, MI Thowalib, dan MI Tarbiyatul Islamiyah. Penelitian dengan menggunakan 4 (empat) sub tugas yang harus dibaca. Sub-sub tugas tersebut yakni mengenal huruf (sub tugas 1), membaca huruf berharakat (sub tugas 2), membaca kata (sub tugas 3), dan membaca kalimat dalam bahasa Arab (sub tugas 4) menunjukan hasil yang mencengangkan. Yaitu jumlah anak dengan nilai sangat baik berjumlah 11 anak, jumlah ini sama dengan anak dengan nilai baik. Total dari nilai anak yang mendapat nilai baik dan sangat baik berjumlah 22 anak atau 61 persen.
Sementara anak dengan nilai cukup sebanyak 7 anak (19 persen) dan 6 anak atau 17 persen mendapat nilai kurang. Masih terdapat 1 anak (3 persen) yang masuk kategori butuh pendampingan khusus dalam hal kemampuan membaca Arabnya. Sangat disayangkan karena masih terdapat anak dengan kemampuan kurang (6 anak) dan 1 anak kesulitan atau tidak memiliki kemampuan yang baik dalam membaca Arab.
Dari data di atas bisa disimpulkan bahwa anak MI di Kabupaten Pati mempunyai kemampuan membaca Arab yang baik. Lebih dari 60 persen anak mampu membaca Arab dengan baik dan benar serta sesuai dengan tajwid (tartil).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa minta baca anak di madrasah Ibtidaiyah khususnya kemampuan dalam memahami teks berbahasa arab bisa digolongkan baik. Dan, hal ini harus terus ditingkat. Karena literasi yang baik akan membuka wawasan cakrawala yang luar biasa, tentu ini akan membuat bangsa Indonesia semakin maju dan berjaya.
Penulis: Ahmad Khalwani
Editor: Kendi Setiawan
Tags: #Diktis #Kemenag #penelitian #Pati
Bagikan: