Direktur Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama RI, Amien Suyitno
Pasuruan (Pendis)-- Direktur Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama RI, Amien Suyitno menegaskan bahwa program studi (prodi) keagamaan memiliki peran strategis dalam menghadapi tantangan dan peluang era society 5.0. Menurutnya, prodi keagamaan harus mampu bertransformasi menjadi pusat keilmuan yang adaptif, inovatif, dan solutif terhadap perkembangan zaman.
“Di era society 5.0, pendidikan agama tidak bisa hanya mengandalkan pendekatan tradisional. Ia harus hadir sebagai kekuatan yang mampu menjawab persoalan-persoalan kontemporer dengan tetap berakar pada nilai-nilai spiritual,” ujar Amien Suyitno dalam paparannnya pada Seminar Pendidikan Islam di Kampus Universitas Islam Internasional (UII) Darullughah Wadda’wah Pasuruan, Jumat (18/04/2025).
Amien menjelaskan, society 5.0 bukan hanya revolusi teknologi, tetapi juga transformasi sosial yang menuntut kolaborasi antara kecerdasan digital dan nilai-nilai kemanusiaan. Dalam konteks ini, prodi keagamaan memiliki tanggung jawab besar dalam membentuk karakter moderat, toleran, dan berdaya saing global.
“Mahasiswa prodi keagamaan harus dibekali literasi digital, kemampuan berpikir kritis, serta kesadaran global agar dapat menjadi pemimpin dan agen perubahan di masyarakat,” tambahnya.
Ia juga mendorong agar perguruan tinggi keagamaan Islam memperkuat kurikulum interdisipliner yang menggabungkan studi agama dengan sains, teknologi, sosial, dan budaya. Hal ini penting agar lulusan tidak hanya cakap secara keagamaan, tetapi juga mampu menyelesaikan problematika umat dan bangsa.
Dirjen menyoroti pentingnya pembaruan metode pengajaran melalui pemanfaatan teknologi digital, serta penguatan riset-riset berbasis nilai Islam yang relevan dengan isu-isu kontemporer seperti lingkungan, teknologi, etika digital, hingga ekonomi syariah. Pada setiap tingkatan pendidikan harus memiliki perbedaan pemahaman dan pemikiran dalam menentukan hasil riset.
“Transformasi prodi keagamaan adalah keniscayaan. Ia harus tumbuh bersama dinamika zaman agar tetap menjadi pemandu moral dan arah peradaban di tengah dunia yang terus berubah,” tutur Suyitno.
Sementara Direktur Pasca Sarjana Universitas Islam Internasional Darullughah Wadda'wah Pasuruan, Zainal Abidin menegaskan bahwa era 5.0 tidak hanya menuntut kecakapan teknologi, tetapi juga penguatan nilai-nilai keagamaan yang menjadi fondasi moral generasi muda. “Kami sangat bersyukur dengan dengan support yang diberikan Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama pada kampus ini,” ungkap Zainal.
Menurutnya, tantangan terbesar saat ini adalah bagaimana menghadirkan pendidikan Islam yang tidak hanya normatif, tapi juga solutif, berusaha menjawab problem sosial, budaya, hingga etika di tengah masyarakat, pungkasnya.
Tags:
KampusBagikan: