Salah satu dukungan Kementerian Agama melalui Dirjen Pendidikan Tinggi Keagamaan Islam (Diktis) pada tahun 2018 adalah penelitian berbasis pengabdian kepada masyarakat.
Melalui program itu pula, Badiatul Hikmah dari STIT Muhammadiyah Bangil Pasuruan melakukan penelitian yang berjudul Peran Kepala Madrasah dalam Meningkatkan Pendidikan Karakter melalui Skil Day di SMA Sunan Giri Talang Watuagung Prigen Pasuruan.
Dalam lapora penelitiannya, Badiatul Hikmah mengungkapkan, peran Kepala Madrasah terkait dengan kepemimpinan. Peneliti menyebutkan kepemimpinan dalam Islam mempunyai peranan yang sangat penting sehingga mengharuskan setiap kelompok untuk memiliki pemimpin.
Hal itu, tulis peneliti, sebagaimana sabda Nabi Muhammad Saw, "Dari Abu Said dari Abu Hurairah bahwa keduanya berkata, Rasulullah bersabda, 'Apabila tiga orang keluar bepergian, hendaklah mereka menjadikan salah satu sebagai pemimpin" (HR Abu Dawud).
Dalam beberapa definisi dan pandangan tentang kepemimpinan yang disampaikan oleh para ahli, lanjut peeliti, terdapat satu kata kunci mengenai kepemimpinan yaitu 'pengaruh'. Karena itu kepemimpinan terjadi pada saat seseorang berusaha mempengaruhi perilaku orang lain atau sekelompok orang tanpa perlu mempersoalkan sebuah alasan.
Sementara itu, Kementerian Pendidikan Nasional mendefinisikan Kepemimpinan Pendidikan adalah Kepemimpinan yang memfokuskan atau menekankan pada pembelajaran yang komponen-komponennya meliputi kurikulum, proses belajar mengajar, asesmen (penilaian hasil belajar), penilaian serta pengembangan guru, layanan prima dalam pembelajaran, dan pembangunan komunitas belajar di sekolah.
Peneliti juga menyebutkan, menurut Syafaruddin, kepemimpinan pendidikan adalah proses mempengaruhi semua personel yang mendukung pelaksanaan aktifitas belajar mengajar dalam rangka mencapai tujuan pendidikan di sekolah.
Peran dan Kepemimpinan Kepala Madrasah
Selain itu, menurut peneliti, kepala madrasah sebagai pimpinan lembaga pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting. Arvan Pradiansyah mengungkapkan peranan pemimpin yang mendasar adalah meliputi tiga hal, yaitu, pertama, sebagai perintis (path finding) adalah proses membuat blue print yang dimulai dengan merumuskan tujuan, misi, visi, dan nilai-nilai organisasi.
Kedua, peran penyelaras (aligning). Penyelaras berkaitan dengan menciptakan sistem, proses, dan struktur. Peran ini untuk memastikan bahwa struktur, sistem, dan proses operasional organisasi memberikan dukungan untuk pencapaian visi dan misi.
Ketiga, pemberdaya (empowering). Peran pemberdaya berkaitan dengan membangun sumber daya manusia. Peran ini untuk menggerakkan semangat dalam diri orang-orang dalam mengungkapkan bakat, kecerdikan, dan kreativitas laten untuk mampu mengerjakan apa pun dan konsisten dengan prinsip-prinsip yang disepakati.
Mulyadi berpendapat bahwa kepemimpinan adalah proses mempengaruhi dalam menentukan tujuan organisasi, memotivasi perilaku pengikut untuk mencapai tujuan, mempengaruhi kelompok dan budayanya. Hal ini dapat dipahami bahwa kepemimpinan mencakup hubungan pemimpin dengan anggota organisasi untuk mencapai tujuan yang sudah ditetapkan.
Sementara Sudarwan Danim mendefinisikan kepemimpinan adalah setiap tindakan yang dilakukan oleh individu atau kelompok untuk mengkoordinasi dan memberi arah kepada individu atau kelompok lain yang tergabung dalam wadah tertentu untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.
Dari definisi-definisi di atas, peneliti mengambil beberapa aspek yang ada dalam kepemimpinan, yaitu pertama, kepemimpinan adalah setiap perbuatan yang dilakukan oleh individu atau kelompok untuk mengkoordinasi dan memberi arah kepada individu atau kelompok yang tergabung didalam wadah tertentu untuk mencapai tujuan. Kedua, aktivitas kepemimpinan antara lain terjelma dalam bentuk memberi perintah, membimbing kelompok kerja atau orang dalam mencapai tujuan secara efektif dan efisien.
Berikutnya, memimpin adalah mengambil inisiatif dalam rangka situasi sosial untuk membuat prakarsa baru, menentukan prosedur dan merancang perbuatan. Keempat, pimpinan selalu berada dalam situasi sosial sebab kepemimpinan pada hakikatnya adalah hubungan antara individu dengan individu. Kelima, pemimpin tidak memisahkan diri dari kelompoknya. Pimpinan bekerja dengan orang lain, bekerja melalui orang lain, atau keduanya.
Editor: Kendi Setiawan
Tags:
Bagikan: