Jakarta (Pendis) – Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama menggelar Assesmen Kompetensi Madrasah Indonesia (AKMI) yang. Kegiatan yang diselengarakan oleh Direktorat Kurikulum Sarana Kelembagaan dan Kesiswaan (KSKK) Madrasah ini berlangsung 2 – 14 Oktober 2023.
“Capaian skor PISA (Programme for International Student Assessment ) bahwa literasi sains siswa Indonesia rendah,ini menjadi tantangan serius dalam hal literasi sains di kalangan peserta didik madrasah” hal ini disampaikan Muslim dari Universitas Pendidikan Indonesia saat memaparkan materi pada kegiatan Seminar Nasional Hasil Asesmen Kompetensi Madrasah Indonesia (AKMI), Selasa (5/11/2023).
Menurutnya, kemampuan literasi sains yang merupakan salah satu kemampuan berliterasi yang harus dikuasai peserta didik sebagai tujuan Pendidikan untuk mengembangkan keterampilan berpikir kritis dan sikap ilmiah peserta didik madrasah.
“Dalam Upaya peningkatan merujuk capaian skor PISA, peserta didik harus melakukan pembiasanaan pengerjaan soal-soal deng format soal-soal PISa,”ungkap Muslim.
Ditambahkan pemateri lainnya, Chaerul Rochman dari UIN Bandung menyampaikan bahwa pelaksanaan asesmen literasi sais AKMI bertujuan untuk mengukur sejauh mana peserta didik madrasah memahami konsep-konsep sains, kemampuan dalam menganalisis informasi ilmiah dan kemampuan dalam berpikir kritis tentang isu-isu yang berkaitan dengan sains.
“Secara kualitas bahwa kebutuhan dalam proses kegiatan belajar mengajar telah terpenuhi untuk menghasilkan SDM yang berkualitas, akan tetapi hasil AKMI 2023, literasi sains ditinjau dari aspek gender, ternyata peserta didik berjenis kelamin Perempuan memiliki capaian kompetensi relatif tinggi dibandingkan peserta didik berjenis kelamin laki-laki,”ujar Chaerul.
Dan ini menjadi pembuktian peningkatan kemampuan literasi sains pada peserta didik berjenis kelamin perempuan, agar hasil yang kita dapatkan lebih baik, dimana antara peserta didik laki-laki dan Perempuan memiliki skor literasi sain yang imbang, dapat diambil solusi diantaranya dengan pembelajaran kolaboratif dan pembentukan grouping antara peserta didik perempuan dan laki-laki, sehingga terjadi komunikasi yang heterogen, pungkas Cherul
Tags:
madrasahBagikan: