Ada Bedah Buku di Ajang MQK

Ada Bedah Buku di Ajang MQK

Jepara (Pendis) - Dalam even Musabaqah Qira`atil Kutub (MQK) Tingkat Nasional VI Tahun 2017 diselenggarakan kajian kepesantrenan. Salah satu menu kajian kepesantrenan tersebut adalah bedah buku yang terkait dengan kepesantrean dan kajian keislaman, di antaranya adalah Buku "Cara Cepat Bisa Baca Kitab Metode 33" karya Drs. KH. M. Habib Syakur, M.Ag dan "Hermeuneutika dan Pengembangan Ulumul Qur`an" karya Dr. Phil. Sahiron Syamsuddin. Bedah buku tersebut diselenggarakan di Aula Media Center MQK, komplek Pondok Pesantren Roudlatul Mubtadi`in, Balekambang, Jepara, Jawa Tengah dan dihadiri oleh sejumlah kyai, santri, dan peserta MQK dari berbagai daerah.

KH. Habib Syakur, pengasuh pondok pesantren Al-Imdad Yogyakarta, dalam penyampaian atas karyanya menyatakan bahwa karya ini merupakan salah satu upaya dirinya dalam memberikan tawaran cara cepat dalam membaca kitab kuning. Diakui, tidak sedikit santri di pondok pesantren yang mengalami kesulitan dalam membaca kitab kuning sehingga diperlukan waktu yang relatif lama. "Saya berharap, buku ini dapat membantu dan memudahkan para santri dalam membaca kitab kuning sehingga mereka tidak terlalu lama untuk dapat membaca kitab kuning," papar penulis buku tersebut.

Sahiron Syamsuddin, dosen pascasarjana UIN Yogyakarta dan penulis buku "Hermeuneutika dan Pengembangan Ulumul Qur`an," menyatakan bahwa buku ini merupakan salah satu hasil penelitian dirinya dalam menggeluti disiplin kajian ulumul Quran. "Penafsiran Alquran terus mengalami dinamikanya sendiri. Kita seringkali terjebak pada panfasiran al-Quran secara literal, sementara aspek isyari dan maqashid al-syari`ah seringkali dinafikan," papar alumni pondok pesantren Babakan Ciwaringin Cirebon.

Menurut dosen UIN Yogyakarya yang juga doktor jebolan salah satu universitas ternama di Jerman ini, dalam penafsiran Al-Quran diperlukan wawasan yang sangat luas. "Horizon teks, seperti bagaimana bahasa yang digunakan, tata bahasa nahwu sharf-nya dan aspek sejarahnya atau asbabun nuzul sebuah ayat, harus diketahui. Sisi lain, horizon penafsir pun harus difahami terlebih dahulu," papar lulusan magister dari McGill Canada. Di dalam buku yang dibedah ini, juga terdapat uraian atas sejumlah teori hermeneutik dan ulumul quran, termasuk penafsiran QS. Al-Maidah ayat 11. (Swd/dod)


Tags: