Belajar Bahasa Asing Menjaga Otak Awet Muda

Belajar Bahasa Asing Menjaga Otak Awet Muda

(Suara Merdeka) OTAK merupakan salah satu organ tubuh manusia yang berfungsi mengendalikan semua gerak dan fungsi tubuh, termasuk berbahasa. Hubungan antara otak dan berbahasa dipelajari dalam ilmu Neurolinguistik.Otak manusia dewasa yang ratarata berbobot sekitar 1500 gram dan memiliki sekitar 100 miliar neuron (sel syaraf).

Dan minda (mind) merupakan aktivitas kolektif dari bagian-bagian otak(faculty of the mind); salah satu bagian atau wilayah minda tersebut bertanggung jawab pada proses berbahasa, yaitu di wilayah otak kiri (left hemisphere). Wilayah tersebut antara lain berisi Broca, Wernicke,arcuate fasciculus, angular gyrus, dan hippocampus. Saat kita berbahasa (mendengar dan berbicara), wilayah inilah yang berfungsi.

Pemrosesan bahasa secara sederhana dapat digambarkan sebagai berikut : suara masuk diproses lewat cortex pendengaran (auditory cortex) menuju ke wilayah Wernicke (untuk proses pemahaman), dikirim melalui jembatan yang disebut sebagai arcuate fasciculus menuju ke wilayah Broca (untuk proses produksi); kemudian dikirim ke cortexpenggerak (motor cortex) yang memfungsikan organ wicara (speech organ); akhirnya keluar sebagai ujaran (speech). Sungguh sebuah proses yang sangat rumit dan kompleks.

Positif

Tidak ada lagi perdebatan tentang kemungkinan bagi orang dewasa untuk menguasai bahasa asing asalkan beberapa faktor pemerolehan bahasa tersebut terpenuhi. Menguasai bahasa asing (Inggris, Arab, Mandarin) bagi orang dewasa berefek positif pada kesehatan otak.

Penelitian Thomas Bak dari University of Edinburgh menunjukkan bahwa belajar bahasa asing oleh orang dewasa membantu memperlambat penurunan kerja otak (slow brain decline). Orang dewasa yang rutin berbicara lebih dari satu bahasa menunjukkan adanya awal demensia yang lebih lamban; selain itu juga dapat meningkatkan fungsi kognitif.

Bak mengatakan bahwa aktivitas beralih kode (code switching) dari satu bahasa ke bahasa lain dapat memberikan latihan pada otak (mental exercise), karena pembicara memiliki banyak kosa kata dan makna untuk dipilih saat berbicara. Hal ini dapat dianalogikan dengan orang yang berolahraga renang; perenang menggunakan sebagian besar otot dan pernapasan.Saat beralih kode, pembicara mengaktifkan berbagai macam fungsi kognitif di dalam otak.

Hasil penelitian neurolinguistik menggunakan MRI menunjukkan bahwa belajar bahasa asing memiliki efek yang terlihat pada otak antara lain, dapat meningkatkan ukuran otak (brain size), utamanya hippocampus yaitu bagian dari otak yang berisi dan membentuk memori jangka panjang atau long term memory. Diyakini bahwa memiliki cortex otak yang lebih besar dapat membantu meningkatkan fungsi kognitif serta bermanfaat pada usia tua saat memori mulai menurun.

Juga diyakini bahwa kapasitas otak yang lebih besar dapat membantu mengurangi kemungkinan terkena demensia atau Alzheimer. Dengan kata lain, menguasai bahasa asing atau menjadi bilingualdapat menjaga kesehatan otak lebih baik. Kesimpulannya adalah proses berbahasa melibatkan beberapa wilayah minda, khususnya yang ada di otak kiri.

Menggunakan dua bahasa saat berbicara berarti mengaktifkan berbagai macam fungsi kognitif. Analoginya adalah banyak berolah raga membentuk banyak jaringan otot sehingga fisik menjadi lebih sehat dan kuat; banyak mengaktifkan fungsi kognitif dapat memperbanyak jaringan neuron sehingga kapasitas otak lebih besar dan sehat. (95)

— Prof Endang Fauziati, Kepala Kurikulum Pendidikan Persma Internasional "Mas Mansur" UMS.


Tags: