Belajar Tidak Mengenal Usia

Belajar Tidak Mengenal Usia

Awal bulan Mei lalu, Direktur Eksekutif Yayasan Damandiri Bapak M Soedarmadi berhasil mempertahankan disertasinya di hadapan sidang terbuka senat guru besar Universitas Satyagama, Jakarta, yang dipimpin langsung oleh Rektor/Ketua Senat, Prof Dr Ir Soenardjo Wirjoprawiro, MSi dan mendapatkan gelar doktor ilmu pemerintahan. Bapak M Soedarmadi adalah salah seorang yang sangat loyal kepada Prof Dr Haryono Suyono, baik pada saat duduk di pemerintahan maupun di Yayasan Damandiri.
Walaupun sudah cukup senior dalam segi usia, namun semangatnya untuk terus belajar tidak pernah pudar. Ini terbukti dari seksesnya mengikuti seluruh aturan pendidikan perkuliahan program doktor hingga selesai. Di hadapan sembilan guru besar, anggota senat dan ratusan audien, Bapak Soedarmadi dengan lantang dan penuh percaya diri memaparkan isi ringkasan disertasinya yang berjudul Pengaruh Implementasi Kebijakan, Efektifitas Pelayanan dan Partisipasi Masyarakat terhadap Prospek Indeks Pembangunan Manusia dalam Pos Pemberdayaan Keluarga di Kabupaten Bantul, Yogyakarta.
Pada saat presentasi, seluruh hadirin dibuatnya terkesima. Mereka mendengarkan dengan penuh antusias, karena disertasinya yang mengupas masalah pos pemberdayaan keluarga (Posdaya) dikaitkan dengan ilmu pemerintahan dan peningkatan indeks pembangunan manusia (IPM) Indonesia, merupakan pertama di Indonesia. Seluruh pertanyaan yang diajukan oleh para penguji dijawabnya dengan gamblang dan penuh keyakinan.
Para promotor yang terdiri dari Prof Dr Yosi Adiwisastra, Prof Dr E Koswara Kertapradja MA dan Prof Dr Ir Musa Hubeis MS DIP Ing DEA, terus-menerus memberikan dorongan kepada yang bersangkutan agar segera menyelesaikan disertasinya tepat pada waktunya. Dorongan mereka sungguh luar biasa, dan para promotor tersebut diajak ikut terjun langsung ke lapangan untuk melihat bagaimana proses pemberdayaan keluarga melalui Posdaya di tingkat akar rumput itu berlangsung.
Kabupaten Bantul, yang akhir-akhir ini sering kedatangan tamu dari berbagai daerah untuk melihat dan belajar bagaimana rakyat Bantul memberdayakan dirinya melalui Posdaya, menjadi objek penelitiannya. Berbagai kegiatan rakyat pun, semua terfokus pada upaya meningkatkan IPM dan hampir seluruh rakyat Bantul memiliki usaha, baik usaha sendiri-sendiri maupun usaha bersama dalam bentuk kelompok atau koperasi.
Tahun 2008 lalu, Pemkab Bantul telah mengeluarkan Peraturan Pemerintah Daerah Nomor 3 tahun 2008, tentang Gerakan Kebangkitan dan Pemberdayaan Bantul Projotamansari, yang intinya adalah pelaksanaan program pembangunan manusia dengan pendekatan pemberdayaan keluarga dan masyarakat. Dalam rangka pemberdayaan tersebut dengan prioritas pengentasan kemiskinan, maka di Bantul dibentuk posdaya di setiap dukuh dan pedesaan.
Sampai saat ini di seluruh Bantul telah terbentuk sebanyak 933 posdaya. jumlah ini akan terus bertambah sejalan dengan perkembangan dan dinamika masyarakat. Dari 993 Posdaya yang sudah ada, sebagian besar atau 82% dikukuhkan secara formal oleh kepala desa atau lurah, sedangkan 18% sisanya dikukuhkan oleh bupati dan camat setempat.
Menurut Bapak Soedarmadi, prospek IPM itu dapat diukur secara proxy melalui dimensi-dimensi, seperti kesehatan, pendidikan dan ekonomi. Dari dimensi kesehatan dilihat apakah ada pelayanan Posyandu, vaksinasi dan peningkatan gizi, pelayanan KB, pelayanan kesehatan dan gizi serta lingkungan yang bersih. Dari dimensi pendidikan dilihat adanya bebas buta aksara, pendirian PAUD, gotong-royong untuk membantu bersekolah, adanya kursus paket A, B dan C, banyaknya anak perempuan yang sekolah. Kemudian, dari dimensi ekonomi dilihat dari adanya pengurangan tingkat pengangguran, diberikan keterampilan usaha, banyak keluarga khususnya perempuan yang bekerja, dan adanya kegiatan usaha bersama yang terhimpun dalam koperasi.
Dari hasil penelitiannya terungkap bahwa terdapat pengaruh positif dan signifikan antara implementasi kebijakan, efektivitas pelayanan dan partisipasi masyarakat secara bersama-sama atau multipel terhadap prospek peningkatan IPM, khususnya di Kabupaten Bantul melalui program Posdaya. Dari faktor yang mempengaruhi tersebut diperoleh kesimpulan, bahwa partisipasi masyarakat merupakan faktor yang paling menentukan dan dominan dalam menentukan prospek peningkatan indeks pembangunan manusia, kemudian disusul oleh faktor-faktor lain seperti implemetasi kebijakan dan efektivitas pelayanan sebagai faktor pendukungnya.
Posdaya sebagai model dalam program kesejahteraan dapat merupakan pelengkap tetapi sangat penting bagi yang merupakan sistem pendukung terhadap kebijakan dan program pemerintah guna mencapai tujuan meningkatkan IPM dan pencapaian sasaran MDGs.
Selain Bapak Soedarmadi, dalam waktu yang tidak terlalu lama, kandidat doktor Bapak Mazwar Noerdin akan segera menyusul untuk menjadi doktor baru dan akan memperkuat jajaran Yayasan Damandiri. Yang bersangkutan saat ini sedang giat-giatnya menyelesaikan disertasinya dan akan segera mengikuti ujian tertutup dan dilanjutkan ujian sidang terbuka. Selamat kepada doktor baru Bapak Dr M Soedarmadi dan kandidat doktor Bapak Mazwar Noerdin. ***

Oleh Mulyono D Prawiro
Penulis adalah dosen Pascasarjana dan anggota senat Universitas Satyagama, Jakarta


Tags: