Diaspora Alumni PTKI Kemana?

Diaspora Alumni PTKI Kemana?

Jakarta (Pendis) - Kampus Pendidikan Islam telah resmi berdiri pada 26 September 1951 dengan ditandai adanya Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Al-Jami`ah Al-Islamiyah Al-Hukumiyah (sekarang UIN Sunan Kalijaga). Setelah 66 (enam puluh enam) tahun mendidik generasi bangsa, lantas dimana, kemana dan bagaimana peran alumni PTKI (Perguruan Tinggi Keagamaan Islam) berperan di masyarakat? Demikian tanya Sekretaris Direktorat Jenderal Pendidikan Islam (Sesditjen Pendis), Moch. Isom Yusqi kepada awak redaksi di Jakarta, Rabu (12/07/2017).

Terkait dengan penyebaran (diaspora) alumni PTKI baik negeri dan swasta (STAIN, IAIN dan UIN) tersebut, Sesditjen Pendis mempertanyakan juga perihal aktifitas para alumni yang berkaitan dengan fakultas dan jurusan yang pernah mereka tekuni. "Kalau alumni Tarbiyah Bahasa Arab lantas kemudian berprofesi menjadi pengusaha atau bahkan politisi apakah ini sesuai dengan pendidikannya?" kata guru besar IAIN Ternate ini.

Bukan rahasia lagi kata Isom, bahwa banyak alumni PTKI yang telah berkiprah secara cemerlang di masyarakat merupakan "didikan" dari organisasi yang ia ikuti ketika menjadi mahasiswa. "Mengikuti organisasi mahasiswa baik intra maupun ekstra justru bermanfaat dan membuat para alumni PTKI mempunyai positioning di masyrakat. Bahkan banyak alumni PTKI menjadi DPR dan Partai politik bukan dikarenakan mendapat mata kuliah di kampus namun bekal ketika dia menjadi aktifis," kata Isom Yusqi.

Melihat fenomena alumni PTKI yang berdiaspora kemana-mana ini, lantas kemudian Isom mengungkapkan gagasannya bahwa sudah saatnya PTKI "buka tutup" program studi (prodi). "Harus ada mapping alumni PTKI dalam kaitannya dengan program studi yang dibutuhkan masyarakat. Prodi Zakat dan Wakaf, Prodi Haji, Prodi Perbankan Islam misalnya. Prodi ini paling dibutuhkan masyarakat saat ini. Sedangkan prodi yang kurang dibutuhkan untuk sementara ditutup dulu agar tidak ada titik jenuh jumlah alumni," kata mantan Kepala Sub Direktorat Ketenagaan Direktorat Pendidikan Tinggi Islam ini.

Menyinggung kiprah alumni PTKI apakah pasca S1, S2, S3 ataukah pendidikan masih kurang cukup membantu karirnya, alumnus UIN Maulana Malik Ibrahim ini mengatakan bahwa alumni PTKI berkiprah di masyarakat tidak sepenuhnya juga dikarenakan pendidikan formalnya. "Apakah karir yang ia geluti sekarang ini setelah wisuda S1 atau setelah selesai S3-nya? Kuliah di kampus adalah ajang penggemblengan berbagai potensi terpendam yang ia miliki, yang nantinya tetap mengikuti prinsip khoirunnas anfauhum linnas," kata pakar ulumul hadits dari Kota Surabaya ini.

Harapannya untuk pendataan alumni PTKI, kata Isom, harus ada tracer study sehingga dapat mengukur dan melacak kinerja lulusan PTKI sehingga dapat diperoleh indikator yang jelas tentang jumlah, profil kerja masa mendatang serta pelatihan yang diperlukan. Dengan begitu, dapat mempersiapkan kurikulum dan sistem pendidikan PTKI agar menghasilkan sarjana yang bisa beradaptasi dengan tuntutan dan kemajuan jaman. (@viva_tnu/dod)


Tags: