Direktur PTKI: Perpustakaan harus Menjadi Pusat Jaringan Civitas Akademika

Direktur PTKI: Perpustakaan harus Menjadi Pusat Jaringan Civitas Akademika

Semarang (Pendis) - Kementerian Agama terus berupaya berbenah untuk meningkatkan kualitas perpustakaan di kampus PTKI. Untuk itu Subdit Ketenagaan Direktorat Pendidikan Tinggi Keagamaan Islam (PTKI) menyelenggarakan kegiatan Peningkatan Manajemen Pengelola Perpustakaan PTKI, 11 s/d 13 Juli 2018 di Hotel Novotel Semarang.

Arskal Salim GP, Direktur PTKI menyampaikan bahwa perpustakaan harus menjadi pusat jaringan yang ada di kampus, yaitu jaringan civitas akademika yang meliputi pembelajaran, penelitian, dan pengabdian.

"Perpustakaan harus memfasilitasi, melayani dan memberi respon yang muncul dari kebutuhan pembelajaran, penelitian dan pengabdian di kampus," ungkapnya.

Di era revolusi industri saat ini banyak perpustakaan berbasis online sehingga kita butuh perbaikan layanan sesuai zaman.

"Dibutuhkan data, bagaimana trend peminjaman hard copy di perpustakaan. Jangan-jangan buku tidak diperlukan lagi karena dosen dan mahasiswa tidak mau pinjam buku," ujarnya.

Di hadapan pustakawan perwakilan dari UIN, IAIN, dan STAIN, Direktur PTKI berpesan agar dilakukan pendataan data statistik daftar pengunjung perpustakaan di masing-masing kampus.

"Tolong, apakah ada forum untuk melakukan pengumpulan data statistic di perpustakaan PTKI. Misalnya, tahun 2018 berapa yang berlangganan online publication?, apakah ada dampaknya dengan jumlah peminjaman buku cetak?. Boleh jadi mahasiswa datang hanya untuk mencatat data-datanya saja atau mencari thesis dan disertasi, bukan membaca buku," tanyanya.

Ia melanjutkan, "Hal Ini penting untuk kita lakukan pendataan agar bisa membuat keputusan terhadap dana pembelian buku. Jumlahnya puluhan milyar untuk beli buku sedangkan buku tidak dipinjam, maka ini merugikan," himbaunya

Untuk itu ia mengusulkan agar penggunaan dana sesuai kebutuhan, misalnya membeli komputer yang dapat mengakses jurnal nasional maupun internasional.

"Rata-rata perpustakaan hanya memiliki berapa computer. UIN Jakarta misalnya hanya mempunyai 60 komputer di perpustakaan, apakah ini cukup untuk melayani pengunjung civitas akademika?" tanyanya.

Arskal berharapkan perpustakaan tidak hanya pasif tetapi juga aktif reaching out memancing agar dosen dan mahasiswa datang. Berbagai kegiatan juga bisa dilakukan di perpustakaan agar menarik dan membuat betah pengunjung.

"Perbaikan layanan perlu dilakukan, misalnya perbanyak komputer dengan jaringan online, bedah buku yang mendatangkan penulisnya, membuat pelatihan, mengundang publisher untuk melatih dosen menulis buku ajar, dan pustakawan terlibat dalam penelitian yang bekerjasama dengan para dosen," pungkasnya. (ogie/dod)


Tags: