Direktur PTKI Undang Kepala PSGA PTKIN Guna Merespon Fenomena Bomber Perempuan dan Anak

Direktur PTKI Undang Kepala PSGA PTKIN Guna Merespon Fenomena Bomber Perempuan dan Anak

Jakarta (Pendis) - Pasca ledakan bom pada tanggal 13 Mei 2018 di Surabaya, Prof. M. Arskal Salim GP, Ph.D, selaku Direktur Pendidikan Tinggi Keagamaan Islam (PTKI) akan mengundang para Kepala Pusat Studi Gender dan Anak (PSGA) PTKIN seluruh Indonesia pada tanggal 24 s/d 26 Mei 2018 di Jakarta. Hal itu tertuang dalam surat bernomor 1182/Dj.I/Dt.I.III/Kp.02.3/05/2018 tertanggal 14 Mei 2018, dengan perihal Temu Konsultasi Jaringan Penelitian, Pengabdian kepada Masyarakat, dan Publikasi Ilmiah.

"Fenomena pelaku pengeboman dengan melibatkan satu keluarga, utamanya mengajak ibu/perempuan dan anak, perlu mendapat perhatian serius dari kalangan peneliti, dosen di lingkungan Kementerian Agama RI. Atas dasar itu, kami mengundang para kepala PSGA di PTKIN yang mempunyai tugas dan fungsi terkait perempuan dan anak. Mari kita bicara secara akademis, mengapa hal itu terjadi? Bagaimana riset-riset dan pola pembelajaran, pendampingan pada moderasi Islam dilakukan selama ini di kalangan perempuan dan anak atau keluarga? Sejaumana efektifitasnya? Jika perlu tindakan nyata, maka strategi apa yang harus dilakukan?," ungkap Guru Besar UIN Syarif Hidayatullah.

Sejalan dengan hal tersebut, Subdit Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, yang mendapat mandat untuk koordinasi dengan Pusat Studi Gender dan Anak mengundang beberapa narasumber yang berkompeten di bidangnya. Selain narasumber dari pihak Direktorat Jenderal Pendidikan Islam sendiri, juga mengundang narasumber ahli, salah satu di antaranya, Yenny Zannubah Arifah Chafsoh Wahid, putra Presiden Gus Dur sebagai Direktur Wahid Foundation.

Kasubdit Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Dr. H. Suwendi, M.Ag menyatakan, "Hasil-hasil penelitian Wahid Foundation belakangan ini terkait dengan kontra radikalisme di Indonesia, lalu moderasi Islam yang digaung-gaungkan oleh bu Yenny dalam berbagai kesempatan penting untuk didiskusikan lebih intens dengan para dosen, peneliti di lingkungan PSGA. Sebab, seyogyanya, mereka inilah garda terdepan dalam studi perempuan dan anak di PTKIN, termasuk di dalamnya tentang radikalisme, atau moderasi agama".

Adapun untuk terkait pola strategi komunikasi dalam pendampingan korban terorisme, pada acara Temu Konsultasi Jaringan Penelitian ini mengundang pakar komunikasi dan jurnalistik di Indonesia, yang saat ini menjadi Staf Khusus Menteri Agama RI, yaitu Hadi Rahman.

"Diharapkan Bapak Hadi Rahman dapat menyampaikan pesan penting dari moderasi Islam yang menjadi kebijakan strategis Bapak Menteri Agama terkait dengan fenomena radikalisme di kampus-kampus PTKIN. Nah, PSGA tentu saja perlu sharing dengan Stafsus Menag ini," ungkap Suwendi.

Adapun keseluruhan peserta yang diundang Direktorat PTKI berjumlah 57 kepala PSGA PTKIN se-Indonesia. Sebagaimana lazimnya pertemuan jaringan peneliti studi perempuan dan anak, selain diskusi dan mendengarkan ceramah, kegiatan ini juga diagendakan melakukan evaluasi atas riset-riset yang sudah dilakukan dan beberapa regulasi internal yang belum berpihak pada PSGA di PTKIN. Diantara draf regulasi yang belum diselesaikan tahun sebelumnya terkait Penguatan kelembagaan PSGA di PTKIN. Demikian disampaikan Mahrus, Kasi Penelitian yang sebelumnya menjadi Kasi Publikasi Ilmiah. (ME/dod)


Tags: