Dirjen Pendis: Idealnya, Kepala Perpustakaan Setara Ketua LP2M di PTKIN

Dirjen Pendis: Idealnya, Kepala Perpustakaan Setara Ketua LP2M di PTKIN

Bogor (Pendis) - Pada saat Kementerian Agama RI melalui Direktorat Jenderal Pendidikan Islam sedang gencar mencanangkan Indonesia sebagai destinasi studi Islam dunia, ternyata secara struktural posisi perpustakaan di PTKIN masih sangat lemah sekali. Hal itu terungkap ketika Direktur Jenderal Pendidikan Islam (Dirjen Pendis), Prof. Dr. Phil. Kamaruddin Amin, MA meminta respon atau pendapat para kepala perpustakaan PTKIN se-Indonesia di Bogor tentang apa persoalan mendasar dari perpustakaan selama ini, Jum`at (26/01/2018). Letak kelemahan itu tercermin dari hanya ada seorang kepala perpustakaan saja secara resmi yang disebut dalam ortaker-ortaker di UIN/IAIN/STAIN. Atas dasar fakta itu, Kamaruddin Amin menyatakan keprihatinannya dan berharap harus segera dilakukan perubahan secara formal dalam ortaker-ortaker itu.

"Ada kesan tidak serius, jika dalam ortaker-ortaker PTKIN hanya ada kepala perpustakaan saja. Idealnya, posisi kepala perpustakaan itu setara dengan ketua LP2M. Kalau perpustakaan sudah menjadi lembaga, maka posisinya semakin kuat, karena akan ada lebih satu orang yang dapat memikirkan kemajuan perpustakaan untuk lebih baik dan terus melayani pemustaka dengan baik pula," ujar Kamaruddin dengan nada tegas yang disertai tepuk tangan para kepala perpustakaan, sebagai tanda setuju. Pernyataan Dirjen Pendis ini merespon pendapat kepala perpustakaan UIN Sunan Ampel Surabaya, Dr. Sirajuddin, M.Ag. yang menyampaikan, bahwa usulan perubahan struktur perpustakaan yang setara dengan lembaga, ternyata hampir 2-3 tahun belum ada respon dari Biro Hukum Kementerian Agama RI.

Kehadiran para kepala perpustakaan PTKIN itu dalam rangka memenuhi undangan Focus Group Discussion (FGD) Penyusunan Regulasi, Panduan dan Juknis Penelitian, Pengabdian Kepada Masyarakat dan Publikasi Ilmiah dari Direktur Pendidikan Tinggi Keagamaan Islam (PTKI), Prof. Arskal Salim GP, Ph.D. pada tanggal 26 s/d 27 Januari 2018 di Hotel Permata Bogor. Agenda FGD terkait dengan penyusunan panduan dan juknis layanan online, terutama kitab-kitab turas sejak abad ke-15 untuk PTKIN yang dilanggan Kementerian Agama RI selama satu tahun ini. Peserta FGD adalah kepala pusat perpustakaan di PTKIN. Demikian dikatakan Kepala Subdit Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Dr. H. Suwendi, M.Ag.

"Ada kebutuhan mendesak bagi kepala perpustakaan untuk segera sosialisasikan langganan layanan online dari Kementerian Agama RI supaya lebih optimal dan bermanfaat bagi sivitas akademika di PTKIN, khususnya. Semoga dengan adanya panduan dan juknis yang dibahas melalui FGD ini, para kepala perpustakaan dapat mudah mensosialisasikannya," ujar Suwendi.

Dalam sambutan dan arahannya, Arskal Salim mengingatkan para peserta, bahwa kebesaran suatu peradaban itu diawali dari perpustakaannya. Dalam sejarah peradaban Islam, khususnya, kebesaran Bani Abbasiyah ditandai dengan perpustakaan Baitul Hikmah di Baghdad. Hingga saat ini, Baitul Hikmah merupakan salah satu perpustakaan Islam yang dapat dibanggakan. Hal serupa semestinya, peradaban di PTKIN juga ditandai dengan kelengkapan dan kebesaran perpustakaannya.

"Di Indonesia, seharusnya, perlu ada perpustakaan Islam yang sangat lengkap dan menjadi rujukan para peneliti di dunia. Oleh karena itu, perpustakaan di PTKIN harus menjadi prioritas perhatian semua pihak untuk pengembangan dan pembaharuannya dalam menuju visi misi Kementerian Agama RI saat ini. Hanya dengan cara itu, Kementerian Agama RI yang menjadikan Indonesia sebagai destinasi studi Islam di dunia dapat tergapai," ujar Arskal berapi-api. Arskal sungguh berharap sekali kepada kepala perpustakaan untuk dapat mewujudkan itu, antara lain dengan optimalisasi layanan online berbasis kitab kuning sejak abad ke-15.

FGD bersama kepala perpustakaan PTKIN se-Indonesia ini selain diharapkan memberi kontribusi signifikan bagi tumbuh kembangnya karya tulis ilmiah dan publikasi ilmiah yang berbasis pada referensi babon keislaman dalam jangka pendek. Adapun dalam jangka panjang dan strategis, forum ini menjadi bekal kepala perpustakaan supaya mampu mengubah cara pandang publik terhadap posisi perpustakaan.

"Perubahan strategis dari perpustakaan itu adanya perubahan aturan dalam ortaker UIN/IAIN/STAIN tentang struktur organisasi tata kerja perpustakaan. Akan tetapi, dalam jangka pendek, kepala perpustakaan di PTKIN harus dapat melakukan optimalisasi layanan online, salah satunya dengan download jurnal dan buku yang relevan semuanya," ungkap Mahrus, Kasi publikasi ilmiah, mantan kepala pusat perpustakaan IAIN Syekh Nurjati Cirebon.

Selain dihadiri para Kasi di subdit penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, juga dihadiri Kepala Pusat Lektur Khazanah Keislaman Balitbang Kemenag RI dan Kasubdit Ketenagaan Direktorat PTKI sebagai narasumber. (MEM/dod)


Tags: