Dirjen Pendis: Peningkatan Kualitas Perencana Dalam Menjawab Tantangan Yang Fundamental

Dirjen Pendis: Peningkatan Kualitas Perencana Dalam Menjawab Tantangan Yang Fundamental

Jakarta (Pendis) - Madrasah khususnya negeri sebaiknya direvitalisasi. "Madrasah negeri yang jumlahnya terbilang sedikit harus lebih unggul kualitasnya dibandingkan dari sekolah umum," kata Direktur Jenderal Pendidikan Islam (Dirjen Pendis) Kamarudin Amin mengawali arahannya di depan para perencana program Pendidikan Islam, Rabu (19/07). Achievement madrasah sudah terlihat dan menjadi buah bibir seperti raihan medali Olimpiade Sains Nasional (OSN) dan prestasi para siswa Madrasah Aliyah Negeri Insan Cendikia (MAN IC) dalam Ujian Nasional. Masyarakat harus kenal madrasah bahwa madrasah keren dan berprestasi. Sehingga, animo masyarakat terhadap madrasah terus meningkat. Oleh karena itu, dengan adanya sumber anggaran Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) di tahun 2018 maka "perencana mempunyai tantangan untuk mengkloning MAN IC Serpong ke MAN IC lainnya," tekan Dirjen Pendis. Harapan lainnya adalah terlunasinya hutang tunjangan profesi guru periode 2013 - 2017.

Reformasi Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) pada Fakultas Tarbiyah menjadi hal yang fundamental bagi PTKIN. Kurikulum, peningkatan kualitas dosen, hasil lulusan guru yang profesional, dan akreditasi kelembagaan menjadi isu Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri (PTKIN). "Akreditasi A bagi kelembagaan Universitas Islam Negeri (UIN) harus diraih," ujar Kamarudin Amin. Hal ini berkaitan dengan promosi perguruan tinggi. Oleh karena itu, perencana harus melibatkan asessor di masing-masing perguruan tinggi dalam mereview output seperti perpustakaan, buku kajian, teks, jurnal, dan kapasitas SDM. Kondisi real program 5000 doktor bertolak belakang dengan target peningkatan kualitas SDM. Hal ini dikarenakan "minimnya dosen PNS yang mengikuti seleksi beasiswa 5000 Doktor khususnya beasiswa ke luar negeri," papar Kamarudin Amin. Padahal, program 5000 Doktor membebaskan siswanya dalam memilih universitas terbaik di dunia. Faktor bahasa dan ekonomi menjadi asumsi yang dipertanyakan tentang minimnya minat mengikuti program 5000 Doktor.

Direktorat Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren juga punya program beasiswa Program Beasiswa Santri Berprestasi (PBSP) S1 dimana 4000 alumninya sudah ada yang menjadi dokter, arsitek, ahli IT, teknik sipil dan lain-lain. Program Ma`had Aly mempunyai tantangan supaya Perguruan Tinggi di Pondok Pesantren exist di seluruh provinsi. Oleh karena itu, para perencana perlu untuk berkomunikasi dengan mitra daerah dan stakeholder lainnya melalui data walaupun validitas data Pondok Pesantren juga menjadi tantangan yang fundamental. (zaki/dod)


Tags: