Gusmen tengah menjelaskan empat distingsi (teamwork, network, collaboration, innovation) yang tertulis pada batu prasasti di depan Gedung Re

Gusmen tengah menjelaskan empat distingsi (teamwork, network, collaboration, innovation) yang tertulis pada batu prasasti di depan Gedung Re

Bandung (Pendis) - Menteri Agama, Yaqut Cholil Qoumas menegaskan idealnya pembangunan fisik harus diimbangi dengan peningkatan sumber daya manusia, sehingga dapat meningkatkan kualitas pendidikan dengan melahirkan kampus terbaik melalui empat distingsi, yaitu teamwork, network, collaboration, innovation yang tertulis pada batu prasasti di depan Gedung Rektorat UIN Bandung sebagai Landasan Teori Manajemen Pendidikan.
 

Pertama, teamwork itu doa, harapan, pertolongan, “Semakin banyak orang terlibat dalam doa, harapan, pertolongan akan menghasilkan banyak hal kalau dilakukan bersama-sama. Kekuatan teamwork ada pada individu-individu yang ada di dalamnya, dan kekuatan individu-individu yang di dalamnya ada pada teamwork. Jadi antara individu dan kerja bersama tidak bisa dipisahkan.

Team adalah together everyone achieves more. Kerja bersama team akan menghasilkan banyak hal kalau masing-masing menyadari kekuatan dan kekuatan ini harus dikondisikan untuk kebersamaan. Kalau semuanya berpikir tentang dirinya masing-masing, maka tidak akan pernah bisa membesarkan UIN Sunan Gunung Djati. Jadi harus bersama-sama dalam membesarkan,” tegasnya dalam Pembinaan Pegawai dan Peresmian Pembangunan Gedung Layanan UIN Bandung, Rabu (26/7/2023).

Kedua, network itu seperti olah raga atau asupan gizi, kita tahu fungsinya, tahu manfaatnya tapi tidak pernah menjadikannya sebagai sokongan. “Jaringan itu penting, kalau kita ketemu dengan orang yakinlah orang itu tahu apa yang kita tidak tahu, sehingga kita perlu mengenal orang ini agar kita juga tahu apa yang kita tidak tahu. Kita selalu butuh orang lain jangan merasa besar hati dengan menganggap rendah orang lain, sehingga kita tidak membutuhkan,” ujarnya.
 

Ketiga, collaboration, “Kalau mau melipatgandakan hasil teamwork dan network itu harus kolaborasi, tidak bisa kerja sendiri-sendiri. Memperbesar manfaat itu dengan kolaborasi, kalau kita tidak bisa kolaborasi jangan pernah berharap manfaat yang lebih besar,” jelasnya.

Keempat, innovation adalah bagaimana kita mengimajinasikan masa depan, kemudian kita mengisi ruang-ruang kosong di antaranya. “Jadi kalau kita tidak bisa mengimajinasikan UIN Sunan Gunung Djati setelah kepemimpinan Pak Mahmud ini seperti apa, maka jangan pernah ada inovasi di kampus ini,” tandasnya.

Gusmen mengapresiasi capaian prestasi yang membanggakan bagi UIN Bandung sebagai kampus unggul, kompetitif dan moderat ini. “Luar biasa apa yang ditorehkan selama ini, saya mengapresiasi seluruh prestasi UIN Bandung di bawah tangan dingin Prof. Mahmud, bukan hanya soal pembangunan gedung, tapi berbagai capaian prestasi lainnya yang mampu menjadikan UIN Bandung sebagai salah satu center excellence PTKN di Indonesia,” tegasnya.

Segala keberhasilan ini harus disyukuri dengan terus memberikan pelayanan terbaik untuk umat. “Rasa syukur atas perkembangan UIN Bandung yang membanggakan, bukan karena adanya Pa Dirjen, tapi capaian prestasi dari civitas akademika yang patut dibanggakan. Sebagai tanggungjawab keumatan, mari kita memakmurkan masjid, dulu masjid bukan hanya sebagai tempat ibadah, tapi banyak hal, hatta politik kebangsaan, bukan elektoral politik, tolong dimanfaatkan,” jelasnya.

Rasa syukur bahwa UIN Sunan Gunung Djati bisa berkembang atas berbagai prestasi sivitas akademika yang telah ditorehkan dan patut dibanggakan. “Saya ini terus terang memang belum ikhlas melepas Pak Mahmud, karena saya mencintai beliau dari mata, maka saya tidak mau berpisah dengannya. Jadi kalau dengan hati tidak mungkin kita ini kerja profesional dan tidak bisa menggunakan hati kalau kerja-kerja profesional. Kalau sudah waktunya memang sudah waktunya walau pun berat hati,” ungkapnya.

Gusmen berpesan, “Bangunan white house biasa saja, karena ada yang keren di Bogor atau di Amerika. Justru lebih bagus menggunakan bahasa Sunda Gedong Bodas. Tidak menjadi lebih hebat saat memberikan nama-nama pada gedung hanya memakai bahasa Inggris, tapi harus ada unsur kearifan lokal yang perlu diangkat. Selain distingsi internasional, budaya lokal tetap dijaga. Justru ini yang menarik bagi saya, Kanjeng Nabi diutus kemuka bumi untuk menyempurnakan akhlak dengan cara tidak merubah budaya, tapi tetap menjaga kearifan lokal,” jelasnya.

Tentunya tidak ada kesempurnaan, kekurangan-kekurangan yang ada pasti masih dalam batas-batas yang ditolerir. “Pak Mahmud dengan keistimewaannya pasti ada kekurangan dan nanti saya minta yang melanjutkan. Tidak usah kekurangan-kekurangan ini dimuncul-munculkan untuk menunjukkan bahwa saya terbaik. Cara menunjukkan prestasi kita itu dengan kita memacu diri sendiri tidak dengan cara merendahkan. Tapi sejauh ini saya melihat Pak Mahmud sudah bekerja dengan keras dengan baik karena itu saya mengucapkan terima kasih. Mudah-mudahan UIN Sunan Gunung Djati ini mampu benar-benar menjadi center of excellence di seluruh perguruan tinggi negeri,” harapannya.