HINDARI MULTITAFSIR ; Tim Pembuat Soal Perlu Pahami Bahasa Anak

HINDARI MULTITAFSIR ; Tim Pembuat Soal Perlu Pahami Bahasa Anak

YOGYA (KR) - Kecermatan tim pembuat soal Ujian Akhir Sekolah Berstandar Nasional (UASBN) mempunyai peran penting bagi keberhasilan siswa. Oleh karena itu, supaya soal yang dibuat tidak menimbulkan multitafsir di kalangan siswa, tim pembuat soal harus memahami bahasa anak.

Dengan begitu munculnya soal ambigu atau multitafsir dalam pelaksanaan ujian yang sempat dikeluhkan siswa seperti dalam UASBN tahun sebelumnya diharapkan bisa ditekan.
“Sesuai kesepakatan bersama, 25 persen soal UASBN dibuat BSNP (pusat) dan 75 persen dari daerah. Sayangnya, tahun kemarin tim pembuat soal terkesan kurang memahami bahasa anak dan kondisi di lapangan. Akibatnya, saat pelaksanaan ujian sempat ditemukan beberapa soal yang multitafsir,” kata Kepala SD Terbansari Yogyakarta Drs Musa Dahwad kepada KR, Selasa (18/1).
Musa menyatakan, munculnya soal yang multitafsir dalam UASBN tahun lalu harus dijadikan bahan evaluasi bagi semua pihak termasuk Dinas Pendidikan. Supaya kasus serupa tidak terulang lagi alangkah baiknya apabila panitia bersikap lebih selektif. Salah satunya, dengan memberikan arahan atau Diklat terlebih dahulu, sehingga soal yang diujikan mudah dipahami anak.
“Kalau benar-benar ingin menghasilkan lulusan yang berkualitas, evaluasi terkait pelaksanaan UASBN harus terus dilakukan. Termasuk yang terkait dengan materi soal yang diujikan,” terangnya.
Lebih lanjut Musa menambahkan, saat ini persiapan terkait pelaksanaan terus dilakukan SD Terbansari. Persiapan tersebut tidak hanya tambahan jam pelajaran atau pendampingan psikologis, tapi pendalaman materi. Bahkan tahun ini porsi untuk latihan soal sengaja ditambah.
Kepala SD Muhammadiyah Karangharjo Kalitirto Berbah Sleman, Muh Ekhsan mengakui, dari mana saja soal UASBN, tidak menjadi masalah. Karena SD tersebut sudah mempersiapkan diri sejak awal tahun ajaran. “Kami melakukan pemetaan kondisi siswa,” ujarnya.
Ditambahkan Ekhsan, pemetaan kondisi siswa itu agar sekolah bisa memberikan layanan maksimal kepada siswa. Karena kemampuan setiap siswa tidak sama. Ada yang lebih cocok dengan cara cepat, ada yang lebih senang dengan cara pelan.
Terkait dengan peningkatan pelayanan siswa, menurut Muh Ekhsan, pihaknya berupaya meningkatkan fasilitas yang ada. Sekolah memberi kesempatan kepada masyarakat yang ingin berpartisipasi dalam peningkatan fasilitas tersebut.
(Ria/War)-o


Tags: