Kampus Bertanggung Jawab Merawat Bahasa Ibu

Kampus Bertanggung Jawab Merawat Bahasa Ibu

"Keberadaan bahasa ibu harus tetap dijaga sampai kapan pun. Jangan sampai punah sehingga dapat diteruskan dari generasi ke generasi. Peran kampus cukup sentral dalam upaya ini," kata pakar pendidikan UPGRIS Dr Sudarto, Sabtu (20/2).

Menurut Ketua Yayasan Pembina Lembaga Pendidikan PGRI itu, bahasa daerah menyimpan ragam pendidikan. Dimulai dari membentuk karakter, keteladanan, hingga budi pekerti. Itu juga alasan mengapa diserukan untuk mempertahankan bahasa ibu melalui kampus.

"Ada juga kejujuran, sopan santun, saling menghargai, dan kelemahlembutan. Makanya, disebut bahasa ibu, karena mirip seorang ibu yang senantiasa menuntun anaknya mempelajari semua kebaikan," imbuh mantan Kakanwil Depdikbud Jateng itu. Ajaran kebaikan semacam ini bisa diambil manfaatnya termasuk dalam kehidupan akademis.

Wajib Dipupuk

Mengembalikan eksistensi bahasa ibu bisa dilakukan antara lain melalui forum dan kajian akademik. Sudarto, kemarin berbicara juga dalam forum lomba tari Jawa Kreasi Baru sehubungan peringatan Hari Bahasa Ibu Internasional di Balairung UPGRIS.

Acara itu dihadiri Rektor Dr Muhdi, Dekan Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni (FPBS) Asropah, dosen, mahasiswa, serta ratusan peserta lomba berbagai daerah. Dia mengakui, acara semacam ini bagian dari merawat bahasa ibu yang ditunjukkan kampus.

Dosen, mahasiswa, dan peserta bahkan nampak antusias. Sebagai bagian kebudayaan, bahasa ibu memiliki kontribusi membentuk sikap dan watak masyarakat. Rektor Muhdi memandang, tanggung jawab itu juga berkenaan mendorong civitas academica untuk tak perlu malu memakai bahasa ibu. Bahasa ibu tak boleh dianaktirikan melainkan wajib dipupuk kelestariannya.

"Generasi muda zaman sekarang sepertinya banyak yang mulai malu menggunakan bahasa ibu dalam pergaulan sehari-hari. Ini menjadi tantangan kalangan kampus bagaimana kembali memasyarakatkan pengunaan bahasa daerah supaya tidak menjadi punah," jelas Muhdi. (H41-95)


Tags: