Kemendiknas Ajak Swasta dan BUMN Bantu Rehabilitasi

Kemendiknas Ajak Swasta dan BUMN Bantu Rehabilitasi

JAKARTA (Suara Karya): Menteri Pendidikan Nasional (Mendiknas) Mohammad Nuh mengajak pihak swasta dan badan usaha milik negara (BUMN) untuk berperan dalam upaya rehabilitasi gedung sekolah rusak. Data Kemendiknas menunjukkan ada 153. 026 unit sekolah yang rusak di seluruh Indonesia.
"Jika mengandalkan anggaran pemerintah, target 2013 tak ada lagi sekolah rusak di Indonesia tidak akan tercapai. Pihak swasta dan BUMN bisa membantu merehabilitasi sekolah yang rusak ringan dan sedang," kata Mohammad Nuh saat peletakan batu pertama "Gerakan Nasional Penuntasan Rehabilitasi Gedung Sekolah" di SD Negeri I Babakan Madang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Senin (4/10).
Selain di Bogor, peletakan batu pertama rehabilitasi sekolah rusak juga dilakukan secara serentak di tiga tempat berbeda melalui telekonferensi. Ketiga tempat itu adalah SMP Negeri 3 Kragilan, Serang, Banten oleh Dirjen Pendidikan Dasar (Dikdas) Suyanto bersama Bupati Serang Ahmad Taufik Nuriman, di SMP Negeri 6, Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT), dipimpin Wali Kota Kupang Daniel Adoe, dan di SDN Asam Tiga, Kabupaten Kupang, NTT, dilakukan oleh Bupati Kupang Ayub Titu Eki.
Pada kesempatan itu, Nuh juga meminta kepada BUMN dan pihak swasta untuk membangun sarana pendukung infrastruktur sekolah, misalnya laboratorium ataupun perpustakaan melalui program corporate social responsibility (CSR) bidang pendidikan. "Meningkatkan mutu pendidikan tak hanya menjadi tanggung jawab pemerintah, tetapi juga semua pihak," kata Nuh menegaskan.
Dijelaskan, tahun ini Kemendiknas menargetkan akan merehabilitasi 21.500 ruang kelas yang rusak berat dengan total anggaran Rp 2,8 triliun. Jumlah itu untuk jenjang SD 18 ribu ruang kelas dan SMP 3.500 ruang kelas.
"Sementara sisanya, sekitar 131 ribu ruang kelas yang masuk dalam kategori rusak berat, mulai direhabilitasi pada 2012 mendatang. Dana yang digelontorkan pemerintah untuk proses rehabilitasi seluruhnya ini mencapai Rp 20,4 triliun," ujar Nuh.
Dalam telekonferensi itu, Wali Kota Kupang Daniel Adoe yang didampingi Komandan Korem 161 Wirasakti Kol Inf Edison Napitupulu menjelaskan, pihaknya mendapat dana alokasi khusus (DAK) untuk pembangunan gedung sekolah rusak hingga Rp 1,4 miliar untuk 6 SMP di Kota Kupang yang mendapatkan program tersebut.
Dana Rp 1,4 miliar itu, menurut Daniel Adoe, akan diberikan ke enam sekolah, masing-masing SMPN 6 Kupang Rp 720 juta, SMPN 2 dan SMP Adhiyaksa Rp 120 juta, SMPN 7 dan SMPN 15 sebesar Rp 45 juta, dan SMP Ki Hajar Dewantara sebesar Rp 40 juta. "Kami berjanji, proses rehabilitasi bisa selesai sesuai target pada Desember 2011," ucapnya.
Setelah program Gerakan Nasional Penuntasan Rehabilitasi Gedung Sekolah selesai dan tak ada lagi sekolah rusak, Nuh kembali menekankan, bukan berarti persoalan di dunia pendidikan terselesaikan. Hal lain yang tak kalah penting dibandingkan dengan pembangunan infrastruktur adalah membangun dan membentuk budaya di sekolah.
Disebutkan, ada tiga kultur yang harus dibangun di sekolah. Pertama adalah budaya bersih. Jika budaya bersih ditanamkan, kondisi sekolah akan awet lebih lama karena selalu saja ada proses pembersihan di sekolah. "Jika terlihat ada yang rusak, langsung diperbaiki sehingga rusaknya tidak makin parah," katanya.
Budaya kedua, menurut Nuh, adalah budaya saling menghargai, menghormati, dan hidup harmonis. Budaya ini harus ditekankan sejak dini agar tidak ada lagi tradisi kekerasan khususnya di lingkungan sekolah.
Yang terakhir, menurut Nuh, adalah budaya keilmuan. Nuh mengimbau para tenaga pendidik agar dapat menanamkan rasa penasaran secara intelektual kepada para siswanya. Menurutnya, hal ini akan menumbuhkan sikap objektif, inovatif, dan produktif kepada para siswa.
"Itu budaya dasar. Tetapi, budaya cinta dan bangga kepada tanah air juga tidak boleh dilupakan dan harus menjadi bagian utuh dari tiga budaya tadi," ujarnya.
Ditambahkan Nuh, jika infrastruktur dan penanaman budaya itu sudah selesai, ditambah ketangguhan dan kecerdasan kepala sekolah sebagai pemimpin, maka sekolah bisa jadi tempat penyemaian untuk mempersiapkan generasi 100 tahun Indonesia merdeka. (Bonne Pukan/Tri Wahyuni)


Tags: