Kontribusi Islam Indonesia : Pembangunan Sosial Ekonomi

Kontribusi Islam Indonesia : Pembangunan Sosial Ekonomi

Bandar Lampung (Pendis) - Islam Indonesia yang diharapkan mampu menampilkan wajah khas Islam yang sesuai dengan kondisi karakteristik Indonesia menjadi sorotan khusus ahli antropologi sosial dari UNSW Australia. Minako Sakai mencermati beberapa aspek penting dalam pembangunan sosial ekonomi Indonesia sebagai bangsa yang memiliki jumlah muslim berpopulasi terbanyak di dunia.

Pakar Antropologi Sosial dari School of Humanities and Social Science, University of New South Wales, Canberra, Australia, Dr. Minako Sakai mengungkapkan tentang betapa pesatnya perkembangan ekonomi syariah di Indonesia. Minako menggunakan buku Era of Nation-States karya Prof. Robert W Hefner sebagai referensi paparan di sesi plenary perhelatan diskusi Annual International Conference on Islamic Studies (AICIS) ke-XVI di Lampung (03/11/16). Buku tersebut menjelaskan bahwa Islam Indonesia tengah menghadapi masalah dan termarjinalisasi meskipun sedang berkembang pesat, Indonesia belum menjadi pusat ekonomi syariah dan halal dunia.

Sebagai negara dengan status jumlah populasi muslim dunia terbanyak, Indonesia harus berupaya menjadi pusat halal dan ekonomi syariah dunia, selain visi untuk menjadi pusat kajian Islam dunia. "Perlu adanya inovasi sosial berbasis Islam, inovasi syariah tersebut berupa peluang bisnis seperti lady-jek bagi muslimah. Ini merupakan terobosan bagus di tengah persaingan dengan ojek online lainnya seperti go-jek dan grab=bike", terang Minako.

Sementara dari sisi Islamic Finance (perbankan syariah) di Indonesia belum menguasai bahkan 50% pangsa pasar perbankan nasional. Minako berharap supaya muslim Indonesia menggunakan instrumen perbankan syariah dalam setiap aktivitas kesehariannya. Taat dan tidaknya seorang muslim tidak ada kaitannya dengan penggunaan instrumen perbankan syariah.

"Baitul Maal wa Tamwil yang merupakan kredit mikro syariah juga menurutnya bisa menjalankan fungsi sosial dan low-profit selalu dikedepankan. Tujuannya adalah supaya masyarakat tidak terjerat rentenir, konsumen kredit selama ini didominasi oleh perempuan yang bekerja di pasar", papar Minako.

Selain itu, Minako menyinggung pula tentang Islamic-Fashion yang identik dengan hijaber di Indonesia, "hal ini berkaitan dengan selera muslimah di Indonesia. Islamic fashion dipengaruhi oleh high-fashion yang lebih menguasai pangsa fashion dunia semacam Dolce Gabbana dan Gucci". Dia berharap busana muslimah Indonesia pun bisa menjadi trend dunia didukung sumber daya manusia muslim di nusantara.

Terakhir, Minako melihat makanan halal di Indonesia sulit untuk diekspor keluar negeri, bahkan ke Malaysia dan Singapura sekalipun, hal ini diantaranya masih terkendala ketentuan masing-masing negara.

Dengan kekuatan populasi muslim, infrastruktur yang memadai, pasar yang kuat, produk yang bermutu, sistem keuangan yang stabil, dan dukungan kebijakan pemerintah yang berpihak kepada pembangunan sosial ekonomi syariah di Indonesia; diharapkan Indonesia mampu tampil sebagai ikon negara baru di dunia dalam kaitan ekonomi dengan Islam.

(sya/zak/ra)


Tags: