Madrasah Miliki Ciri Khas

Madrasah Miliki Ciri Khas

YOGYA (KR) - Sejumlah pimpinan madrasah di Kota Yogyakarta mengaku tak setuju dengan wacana Komisi VIII DPR RI yang ingin menggabungkan madrasah negeri ke Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud). Sebab, selain memiliki ciri khas tersendiri yang tidak dimiliki sekolah formal, madrasah mempunyai peranan penting dalam pembentukan karakter anak.

Untuk itu, para pimpinan madrasah negeri berharap agar wacana penggambungan itu tak usah direalisasikan. Madrasah tetap mempertahankan model yang sudah ada. Demikian dikatakan beberapa pimpinan madrasah negeri di Kota Yogyakarta yang ditemui KR secara terpisah, Senin (20/2).
Kepala MAN Yogyakarta I Drs Imam Sujai Fadly MPdI mengatakan dirinya kurang setuju dengan adanya wacana penggabungan seperti yang dikemukakan Komisi VIII DPR RI. Pasalnya, selain bertentangan dengan cita-cita para pendahulu, masalah agama dan pendidikan mempunyai peranan sangat penting. Belum lagi adanya perbedaan standar pendidikan, output dan outcome antara sekolah formal dan madrasah membutuhkan pemikiran serius dan cermat.
"Sebetulnya wacana seperti ini sudah muncul sejak lama, tapi sebagai pimpinan madrasah saya tidak setuju. Adanya berbagai perbedaan di madrasah yang belum tentu ditemui di sekolah umum, saya kira menjadi salah satu pertimbangan yang perlu diperhatikan," tegas Imam.
Menurutnya, selama ini materi yang diajarkan di madrasah tidak sama dengan sekolah umum, karena pelajaran terkait dengan agama cukup banyak. Oleh karena itu, pihaknya berharap pemerintah tetap mempertahankan model yang sudah ada. Sebab, untuk menggabungkan dua lembaga yang berbeda, selain tidak mudah hasilnya juga belum tentu optimal.
Kepala MAN 2 Yogyakarta Dr Subiantoro MAg mengungkapkan, penggabungan madrasah negeri dari Kementerian Agama ke Kemdikbud, perlu dikaji ulang. Sebetulnya, wacana itu sudah lama dan kini mencuat lagi. "Secara historis, lahirnya madrasah dengan sekolah berbeda, kulturnya pun berbeda," kata Subiantoro.
Madrasah secara historis lahir dari masyarakat, sedangkan sekolah dari pemerintah. Kemudian, meskipun ada IPA dan IPS di MAN, namun muatan Pendidikan Agama Islam (PAI) lebih lengkap dibandingkan SMA. Di MAN PAI lebih terinci yakni ada ilmu Quran dan Hadits, akhlak, sejarah kebudayaan Islam, fikih dan sebagainya. Kulturnya berbeda dengan sekolah di lingkungan Kemdikbud. Misalnya kegiatan keagamaan di MAN dilaksanakan sejak kelas X sampai kelas XII. Bahkan ada kegiatan salat malam bersama setiap malam Minggu. Ada kajian-kajian keagamaan dan sebagainya.
"Kalau bergabung dengan Kemdikbud kultur madrasah bisa hilang. Oleh karena itu sebaiknya dikaji ulang sebelum menggabungkan madrasah negeri ke lingkungan Kemdikbud, " jelas Subiantoro. (Ria/War)-c


Tags: