Memaknai Hari Pendidikan Nasional

Memaknai Hari Pendidikan Nasional

Pendidikan (Suara Merdeka) - TANGGAL 2 Mei 2015 kita telah memperingati hari yang luar biasa, hari yang membahagiakan seluruh rakyat Indonesia, terkhusus jajaran dan pemerhati pendidikan, sebagai Hari Pendidikan Nasional. Mereka melakukan upacara bendera. Namun demikian, kita harus melakukan lebih dari itu, tidak hanya ingar-bingar upacara formal, tetapi marilah kita maknai Hari Pendiidkan Nasional dengan melihat lagi filosofi yang diajarkan Bapak Pendidikan Ki Hajar Dewantoro, yaitu "Ing Ngarsa Sung Tuladha, Ing Madya Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani". Sungguh filosofi ini sangat memberikan inspirasi dan harus kita maknai sedalam-dalamnya.

Ungkapan Ing Ngarsa Sung Tuladha dapat kita terjemahkan bahwa di depan kita harus memberikan contoh yang baik. Ing Ngarsa yang terjemahnnya adalah di depan dan Sung Tuladha yang terjemahannya memberikan contoh suri teladan, memiliki makna bahwa pendidikan itu harus memberikan contoh yang baik. Misalnya, contoh yang berkaitan dengan kepribadian dan budi pekerti. Dua hal ini akan menjadi pilar dalam pembentukan karakter anak didik kita. Kita tidak mungkin meminta anak didik untuk berbudi pekerti dan memiliki kepribadian yang baik kalau para pelaku tidak memberikan contoh nyata dan contoh riil yang langsung ditemui anak didik di sekolah maupun di masyarakat. Bimbingan Ungkapan "Ing Madya Mangun Karsa" harus diterjemahkan bahwa di tengah kita harus memberikan bimbingan. "Ing Madya" diterjemahkan di tengah dan "Mangun Karsa" diterjemahkan memberikan bimbingan.

Bimbingan ini harus selalu menempel dan menyertai anak didik kita. Pendidik atau guru tidak hanya memiliki tugas mengajar, tetapi juga melekat tugas melatih dana mendidik. Apakah guru, pelaku pendidikan, dan pemerhati pendidikan telah melakukan ini? "Tut Wuri Handayani" adalah ungkapan yang sangat kental, bahkan melekat pada simbol lambang pendidikan di negeri kita. "Tut Wuri" kita terjemahkan di belakang dan Handayani harus kita terjemahkan memberikan dorongan. Jadi, kalau kita tidak bisa melepas begitu saja anak didik di negeri ini, tetapi kita harus senantiasa memberikan dorongan dan dukungan dalam setiap langkah mereka untuk berbakti pada negeri. Sayang, folosofi yang anggun ini hanya menjadi slogan pendidikan dengan tindakan yang tidak diamalkan secara maksimal. Di setiap kertas dan kantor, bahkan baju melekat slogan dan simbol yang yang luar biasa, tetapi pengamalannya sangat kurang. Tidak jarang guru, pelaku pendidikan, dan pemerhati pendidikan hanya pandai berbicara, tetapi sangat miskin dalam implementasi. Inilah akibatnya kita melihat sepotong dari keseluruhan folosofi Bapak Pendidikan kita yang utuh "Ing Ngarsa Sung Tuladha, Ing Madya Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani" hanya terpahami sebagian belakang, yaitu Tut Wuri Handayani saja. Tidak mungkin pendidikan hanya memberikan dorongan atau dukungan, itu pun terkadang hanya setengah hati, tanpa memberikan contoh dan bimbingan.

Pendidikan harus memberikan pandangan yang utuh dan komprehentif atas filosofi tersebut. Pengalaman terhadap filosofi yang utuh akan memberikan sentuhan yang konkret tanpa salah tafsir, apalagi multitafsir. Karena itu, Hari Pendidikan Nasional tahun ini harus kita maknai secara konkret dan utuh yang benar-benar "Di Depan Memberikan Contoh, Di Tengah Memberikan Bimbingan, dan Di Belakang Memberikan Dorongan atau Dukungan". Bukan membuat galau dan karut’-marut pendidikan di negeri ini dengan berbagai dalih demi kemajuan.

Para pendidik, pelaku pendidikan, dan pemerhati harus berani memberikan contoh konkret, bukan hanya bicara atau tertulis di papan tulis dan harus memberikan bimbingan yang intensif, lengkap, dan tuntas, serta memberikan dorongan/dukungan yang kuat agar pendidikan di negeri ini tidak lagi jadi kambing hitam, tidak lagi menjadi komoditas untuk diperjualbelikan, tetapi merupakan kinerja berujung pada penguatan intelektualitas, pemantapan karakter siswa yang berkepribadian, berbudi pekerti luhur, serta pemberdayaan keterampilan dan keuletan siswa untuk memenangkan setiap kompetisi global, serta mewujudkan daya saing yang tinggi. Selamat Hari Pendidikan Nasional dan Selamat Mengerjakan Ujian Akhir Nasional. Kita tanamkan bahwa kejujuran tetap nomor satu tanpa mengesampingkan prestasi. (37)

Oleh Anam Sutopo


Tags: