Membanding Penyelenggaraan Pendidikan Islam di Pattani

Membanding Penyelenggaraan Pendidikan Islam di Pattani

Songklah Thailand (Pendis) - Kunjungan hari pertama di Prince of Songklah University (PSU) pada tanggal 3 Desember 2018, delegasi Direktorat Pendidikan Agama Islam (PAI) Kementerian Agama mendapatkan informasi tentang pola penyiapan tenaga guru. Dilanjutkan hari selanjutnya dilakukan kunjungan ke beberapa sekolah agama swasta, yakni As-Shalihiyah dan Ma`had Al-Muhammadiy. Pola pendidikan dipaparkan dan didiskusikan bersama delegasi.

Diskusi antara pimpinan fakultas Islamic Studies dengan delegasi begitu dinamis dan mendapatkan gambaran tentang pola penyiapan guru sekaligus pola bagaimana kampus memegang peranan penting dalam menanamkan moderasi Islam bagi guru. Dr. Raflee, Dekan Islamic Studies PSU menyatakan bahwa setiap mahasiwa wajib ikuti course Islam wasatiyah. Hal ini dimaksudkan untuk menanamkan pemahaman bahwa Islam itu tidak bertentangan dengan demokrasi dan bisa hidup dalam negara demokrasi.

PSU menjadi universitas penggagas pertama kali penyelenggaraan pendidikan agama Islam untuk jenjang S1, S2 dan S3 dan menjadi feeder utama guru agama di Pattani. Proses pendidikan guru ini berlangsung selama 5 tahun; 4 tahun perkuliahan tatap muka, dan 1 tahun untuk praktik di sekolah. Universitas diberi kepercayaan untuk mempersiapkan guru dan juga diberi kepercayaan untuk mengajukan program course lanjutan bagi guru existing. Dalam implementasi program lanjutan, Universitas harus melakukan riset terlebih dahulu tentang kebutuhan guru, selanjutnya membuat usulan program ke Kerajaan. Sementara itu pihak kerajaan memberikan semacam voucher untuk biaya mengikuti course yang dilaksanakan oleh universitas.

Pihak kerajaan akan selalu memfasilitasi apa yang menjadi permintaan masyarakat melalui Universitas untuk mengembangkan dirinya. Dari langkah itu, guru-guru yang diproduksi oleh universitas diharapkan lebih bermutu. Bahkan, lulusan dari luar negeri jika ingin menjadi guru dan digaji kerajaan harus mengikuti kuliah lagi selama satu tahun. Pengawasan yang dilakukan oleh pihak kerajaan cukup kuat bahkan hingga ke sekolah-sekolah terutama sekolah yang dibiayainya, meskipun swasta. Yang tidak mau dibiayai kerajaan, masyarakat mendirikan sekolah ugama rakyat yang seratus persen mengajarkan agama Islam. Maka dari itu, kreasi-kreasi untuk memperkenalkan ajaran agama bermunculan. Satu sisi mereka berharap pihak kerajaan, sehingga sekolah ugama yang diselenggarakan harus ikut pemerintah. Untuk menambah muatan keagamaan, sekolah menyelenggarakan kegiatan semacam course untuk muatan agama dalam kisaran 3 sampai 4 jam pelajaran. Muatan keagamaan yang diajarkan adalah fiqh, akidah, al-Quran, hadis dan bahasa melayu.

Tentunya hal berbeda dengan penyelenggaraan pendidikan Islam di Indonesia. Penyelenggaraan pendidikan Islam dengan kebebasan yang beraneka bentuknya, apalagi sekolah swasta. Ada yang terintegrasi dan adapula yang terpisah dalam penguatan keberagamaannya. Formula penanaman keagamaan relatif lebih bervariasi dan juga dengan aneka ragam pendekatan. (n15/dod)


Tags: