Memformat SMA Bernilai Plus

Memformat SMA Bernilai Plus

Oleh Elmansyah Al-Haramain

SAAT ini, animo masyarakat menyekolahkan anaknya ke sekolah menengah atas (SMA) tidak setinggi beberapa tahun lalu. Kini, kecenderungan memilih sekolah menengah kejuruan (SMK), tak peduli berkualitas atau belum, menunjukkan peningkatan yang signifikan. Masalah "keterampilan", demikian menurut beberapa pengamat mengenai fenomena ini.

Menurut mereka, jika masuk SMK, siswa akan dibekali berbagai keterampilan, yang kelak membantunya untuk mendapatkan pekerjaan yang layak. Lebih jauh, jika ingin berwiraswasta, maka ia pun telah memiliki modal keahlian. Inilah nilai plus SMK dibandingkan dengan SMA. Hal ini sangat berbeda dari SMA, mereka harus kuliah lagi, atau paling tidak harus mengikuti berbagai kursus keterampilan.

Tapi apakah memang seperti itu persoalannya? Jika memang demikian halnya maka SMA harus segera melakukan sesuatu. Misalnya harus membuat sesuatu yang bernilai plus sehingga animo itu kembali tinggi. Masih banyak yang bisa dilakukan oleh SMA, yang itu semua tidak dilakukan di SMK.

Menurut hemat penulis, ada beberapa alternatif yang dapat diterapkan oleh lembaga SMA jika masih tetap ingin eksis di tengah persaingan ketat dunia pendidikan. Alternative tersebut antara lain, jumping program dengan orientasi vokasi (vocationally program), menjalin kerja sama dengan perusahaan (networking company), dan kerja sama program dengan perguruan tinggi luar negeri (joint program).

Vocationally program adalah program pendidikan yang menjurus pada suatu bidang keahlian. Kita melihat yang telah dilakukan SMK, yang begitu ampuh untuk menjaring siswa. Kuncinya hanya satu, yaitu keterampilan, yang dikejar oleh siswa agar kelak mudah mendapatkan pekerjaan.

Lalu apakah di SMA semua itu tidak ada, dan tidak bisa dilakukan? Tentu saja banyak, dan mudah dilakukan. Hanya saja syaratnya, sekolah harus mengupayakan agar siswanya benar-benar ahli di bidangnya. Caranya, pertama; membuat program pembelajaran terpusat ke lab. Misalnya buat siswa tanpa ruang kelas tersendiri, kemudian jadikan ruang-ruang kelas itu sebagai lab untuk setiap mata pelajaran.

Perekrutan Lulusan

Biarkan siswa memilih mata pelajaran/bidang tertentu yang disukai, lalu berikan bimbingan intensif, sekaligus melibatkan mereka sebagai laboran. Biarkan siswa mengembangkan kreativitasnya di bawah bimbingan guru sehingga tercipta suatu kreativitas tinggi dalam bidang-bidang tertentu.

Kedua; ubah kurikulum menjadi aplikatif. Selama ini, kurikulum pembelajaran di SMA, dirasa kurang aplikatif, terlalu banyak tapi tidak mendalam. Langkahnya, pada siswa yang telah terkelompok dalam satu bidang keahlian tadi, misalnya matematika, arahkan pada sesuatu yang aplikatif. Contohnya, matematika ekonomi, matematika arsitektur, matematika perbankan, dan sebagainya.

Ketiga; ajarkan dengan bahasa asing (bilingual atau trilingual). Saat ini sedang ramai digalakkan sekolah berstandar internasional. Sesungguhnya tidak perlu ribut mengurus administrasi agar masuk program RSBI jika kita telah menerapkan pembelajaran dengan bahasa asing, dengan sendirinya sekolah telah berstandar internasional.
Menjalin kerja sama dengan dunia kerja mutlak dilakukan di tengah-tengah sulitnya mencari pekerjaan. Jalin komunikasi dengan perusahaan-perusahaan agar dapat menyinergikan antara program pembelajaran dan kebutuhan perusahaan. Selain itu, kalau bisa diadakan MoU untuk memasok lulusan ke perusahaan itu.

Jika selama ini joint program sering dilakukan antara lembaga yang sederajat (misalnya antarperguruan tinggi), program ini kita rintis. Artinya lulusan SMA kita bisa melanjutkan studi ke perguruan tinggi di luar negeri.
Dengan demikian maka ada beberapa nilai plus dari SMA kita, yaitu siswa benar-benar menguasai bidang yang diminatinya, dapat dengan mudah meraih pekerjaan setelah lulus, dan ada kemudahan untuk bisa melanjutkan pendidikan ke luar negeri.

Para guru pun memperoleh kesempatan terus berkarya sesuai dengan bidangnya, termasuk penguasaan bahasa internasional. Sesungguhnya, banyak bidang keahlian yang tidak dikembangkan oleh SMK dalam pembelajarannya yang bisa dikembangkan oleh SMA. Kuncinya, butuh keinginan yang kuat untuk mendesain ulang program pembelajaran di SMA agar bisa lebih diterima di masyarakat.

Elmansyah Al-Haramain, guru SMA Muhammadiyah (Plus) Salatiga berprogram plus fun, green, and scientific school


Tags: