Mencerdaskan Anak Sejak Dini

Mencerdaskan Anak Sejak Dini

Catatan Hari Pendidikan Nasional
Sungguh sangat disayangkan bahwa upaya bangsa ini untuk menuntaskan program wajib belajar pendidikan dasar untuk semua banyak disalahartikan. Program tersebut dimaknai sebagai upaya pendidikan dasar bagi anak-anak di sekolah dasar dan sekolah menengah semata.
Akibatnya, meskipun banyak pemerintah kabupaten/kota telah menyelesaikan kegiatan wajib belajar mereka, namun angka rata-rata tingkat pendidikan di Indonesia tidak banyak bergeming dari enam tahun saja. Artinya, ada kesenjangan dalam masyarakat yang disebabkan oleh tingkat pendidikan anak putus sekolah yang belum mendapat penanganan secara baik di luar bangku sekolah dasar (SD) ataupun sekolah menengah pertama (SMP).
Menyambut Hari Pendidikan Nasional, yang jatuh pada Senin (2/5) hari ini, kita perlu merenung bahwa perhatian dan kasih sayang orangtua seharusnya dicurahkan pada upaya pendidikan untuk bekal masa depan anak agar lebih sejahtera. Tanpa pembekalan pendidikan yang sempurna, masa depan anak tidak akan baik. Oleh karena itu, perhatian terhadap pendidikan anak kiranya perlu diberikan sejak awal tahap perkembangan ketika anak mulai duduk, berjalan, berlari, dan bermain.
Orangtua bersama kerabat dan masyarakat di sekitarnya harus siap menjadi guru pertama untuk ikut andil memberikan perhatian. Mereka punya tugas menjaga agar anak - yang mulai belajar secara naluriah - mendapat dukungan memadai untuk mendapatkan keamanan, kesehatan dan suasana positif bagi tumbuh kembang si anak di masa depan.
Pada saat-saat seperti itu, orangtua harus menjadi panutan utama yang mampu memberi bimbingan untuk menumbuhkembangkan kecerdasan intelektual, emosional dan spiritualnya. Ini penting agar pengalaman masa kanak-kanak bisa menjadi bekal yang kuat atau pegangan berharga dalam tumbuh kembang anak hingga menjadi dewasa. Dengan demikian, anak tersebut mempunyai kemampuan intelektual, sehat dan berkepribadian atau bermoral.
Masa anak-anak usia 0-6 tahun, atau bahkan 0-8 tahun, biasanya dianggap sebagai masa yang paling berharga dalam perkembangan anak. Kurun waktu itu menjadi masa yang paling penting untuk mengembangkan dasar-dasar pengembangan kemampuan fisik, bahasa, sosial-emosional, konsep diri, seni, moral dan nilai-nilai agama sehingga seluruh potensi anak dapat tumbuh dan berkembang secara optimal.
Ketika memasuki usia yang biasa disebut sebagai golden period tersebut, anak bisa mengalami pertumbuhan dan kemajuan yang sangat pesat apabila memperoleh rangsangan yang tepat dari keluarga dan orang-orang di sekitarnya. Oleh sebab itulah pada pada masa ini, pengembangan anak sejak usia dini telah ditetapkan sebagai hak anak yang harus dipenuhi agar anak tidak mengalami hambatan perkembangan pada masa-masa selanjutnya.
Dalam upaya mendukung program pembangunan yang berkeadilan sebagaimana diamanatkan dalam Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 3 Tahun 2010, upaya pembangunan harus pro rakyat. Maksudnya, pembangunan harus memihak kepada keadilan bagi anak dan kaum perempuan.
Untuk mengoptimalkan usaha tersebut, maka kita perlu menyambut baik pengembangan pos pemberdayaan keluarga (posdaya) di seluruh Indonesia yang memberi bobot sangat tinggi terhadap program Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). Dalam gerakan pemberdayaan tersebut, keberadaan PAUD dianggap sangat vital karena tumbuh kembang anak pada masa emasnya itu akan mendapat tuntunan secara profesional melalui upaya pemahaman, pembinaan, dan pengembangan potensi diri anak sedini mungkin sesuai dengan tahap-tahap perkembangannya.
Secara nasional upaya ini didasarkan pula pada Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 angka 14 yang mengamanatkan pembinaan anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun. Di samping itu, pendidikan melalui PAUD tersebut merupakan persiapan sejak dini yang sangat baik dalam rangka pendidikan yang lebih baik di masa selanjutnya.
Karena itu, dalam proses pemberdayaan keluarga yang paripurna melalui posdaya, dianjurkan agar setiap posdaya segera membentuk PAUD sebagai sarana untuk menampung semua anak balita. Dianjurkan pula agar orangtua anak balita, khususnya ibu, tidak menunggu anaknya mengikuti kegiatan PAUD tetapi menyerahkannya kepada guru pengasuhnya. Hal ini untuk memberi kesempatan agar anak-anak dapat bergaul dengan teman sebaya dan merasa nyaman kendati tanpa ditunggui orangtua.
Orangtua harus iklas menyerahkan sosialisasi anaknya selama mengikuti kegiatan PAUD kepada guru pembimbingnya, tanpa perlu merasa khawatir. Dengan demikian anak dilatih untuk percaya diri dan juga percaya kepada teman-temannya bahwa seakan mereka adalah saudaranya sendiri. Rasa percaya diri sejak dini tersebut akan sangat membekas sampai usia dewasa nanti.
Melalui kegiatan PAUD, anak-anak menjadi cerdas. Apalagi, mereka juga dilatih untuk bekerja sama dan menjunjung tinggi sikap toleransi antarteman sejawat di kelas. Anak-anak pun telah terbiasa menghadapi persoalan, tanpa tergantung kepada orangtua mereka.
Pada saat-saat tertentu dan dengan waktu yang sangat terbatas, anak dibantu guru pembimbingnya. Dalam PAUD, seorang guru dengan banyak anak asuhannya tidak bisa bersikap pilih kasih dan selalu memenangkan seseorang anak tertentu. Seorang guru harus bertindak adil dan memberikan perhatian yang merata kepada semua anak yang diasuhnya.
Sementara itu, si ibu yang dipisahkan dari anaknya dapat mengikuti pelatihan ketrampilan sebagai bekal terjun dalam bidang ekonomi. Karenanya, pada tempat-tempat yang berdekatan dengan kegiatan PAUD perlu segera didirikan pusat-pusat pelatihan untuk ibu muda yang mempunyai anak balita.
Selain dilatih memelihara anak balita di rumah, para ibu muda sekaligus dapat melakukan kegiatan ekonomi, atau mendapatkan bekal ketrampilan untuk bisa mengembangkan usaha ekonomi tertentu. Kepada mereka diberikan kemudahan memperoleh akses modal agar bisa segera membuka usaha.
Hasil usaha tersebut diharapkan dapat dipergunakan untuk memperbaiki gizi dan kondisi anak balita agar tumbuh dan berkembang dengan sehat. Dengan kondisi gizi dan kesehatan yang lebih baik, anak-anak Indonesia masa depan akan jauh lebih cerdas dan bermutu dibandingkan anak masa kini. ***
Penulis adalah Ketua Yayasan Damandiri.


Tags: