Mendikbud Ajak Masyarakat Berpartisipasi dalam PAUD

Mendikbud Ajak Masyarakat Berpartisipasi dalam PAUD

Jakarta (Suara Pembaruan) - Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Anies Baswedan pada acara pengukuhan Ibu Negara Iriana Joko Widodo menjadi Bunda PAUD Indonesia mengatakan, keberadaan pendidkan anak usia dini (PAUD) butuh kesadaran, partisipasi, dan peran serta masyarakat di kota maupun di daerah.

Menurut Anies, fasilitas hanya penunjang, peran serta masyarakat tetap menjadi faktor utama. Namun, tidak bisa dipungkiri, pada kenyataannya PAUD yang ada saat ini masih banyak kekurangan, seperti, alat permainan yang kurang memadai dan ruangan yang kurang baik. Umumnya, masalah kekurangan ini terjadi di daerah-daerah, sehingga ia menyarankan agar rumah atau garasi dijadikan tempat anak berkumpul sebagai salah satu peran serta masyarakat sebelum difasilitasi oleh pemerintah.

"Rumah atau garasi rumah dapat dijadikan tempat berkumpul dan bermain anak-anak PAUD," ujar Anies, pada acara pengukuhan Bunda PAUD dan Pembukaan Rakernas PAUD 2015 dengan tema "Gerakan PAUD Berkualitas", Jakarta, Rabu (19/3).

Hal yang sama juga disampaikan oleh Bunda PAUD Indonesia, Iriana Joko Widodo. Menurutnya, masih banyak kekurangan sarana dan prasarana, sehingga sangat penting peran serta dari masyarakat dan orangtua dalam mendukung mutu pendidikan. Iriana dalam sambutannya mengatakan, agar bunda PAUD harus giat bersosialisasi mengenai pentingnya pendidikan di usia dini.

"Bunda PAUD harus melakukan sosialisasi, agar tidak hanya sekadar simbol. Perlu ada tindak lanjut nyata ke daerah masing-masing setelah rakernas," ujarnya.

Mendikbud Anies mengungkapkan, masyarakat harus sadar akan keberadaan PAUD, karena ini bukan sekadar menyelenggarakan pendidikan, tetapi membentuk wajah masa depan Indonesia. Gerakan PAUD berkualitas merupakan strategi untuk meningkatakan kualitas manusia Indonesia ke depannya, sehingga kurikulum dan bahan pengajaran pada anak PAUD tidak difokuskan pada proses belajar tetapi lebih pada proses permainan. Anak diberi kesempatan bermain agar menerima rangsangan dengan baik, karena menurutnya, pendidikan di usia dini sangat penting dan genting.

"Penting dalam artian anak berada dalam fase pengembangan seluruh potensi masa emasnya, sedangkan genting, ketersedian waktu yang sangta pendek karena anak hanya belajar sampai berusia enam tahun," ujar mantan rektor Paramadina itu.

Dalam mengembangkan pendidikan PAUD, menurut Anies, bukan hanya faktor intelektual, tetapi harus melihat faktor psikis. karena pendidikan diibaratkan seperti petani yang menyemai bibit. Jika mendapat tanah yang subur dan pupuk, Ia akan tumbuh menjadi manfaat, sama halnya dengan pendidikan.

Menurut Anies, wajah masa depan anak Indonesia ada di tangan guru PAUD sehingga pada metode pengajaran, Anies menegaskan, tidak boleh ada paksaan yang dilakukan guru terhadap anak untuk belajar seperti sekolah pada umumnya. Mereka harus diberi kebebasan belajar dalam bermain.

"Anak PAUD harus diberi kebebasan untuk bermain, Misalnya seperti bermain pasir, jika anak dibiarkan main di rumah belum tentu orangtua memberikan kebebasan yang sama seperti di sekolah," tutur Anies.

Ia menilai, ada perbedaan pembinaan antara orangtua dan guru. Orangtua biasanya memiliki kekhawatiran yang berlebihan, seperti takut anak kotor ketika main pasir dan sebagainya, namun pada kenyataannya hal seperti ini, memberi kebebasan kepada anak agar anak menerima rangsangan dari apa yang sedang dilakukannya.

Ia menegaskan jika akan diajarkan untuk belajar mengenal angka, harus dalam bentuk permainan, seperti mengenalkan gambar sesuai dengan sensor motoriknya dan tidak boleh dipaksakan. "Anak PAUD, tidak boleh dipaksakan untuk belajar seperti sekolah pada umunya," ujar Anies.

Penulis: Maria Fatima Bona/NAD

Sumber:Suara Pembaruan


Tags: