Menjadi Santri Milenial di Era Digital

Menjadi Santri Milenial di Era Digital

Serpong (Pendis) - Menjadi seorang santri di era milenial ini harus juga menguasai semua bidang ilmu, termasuk bidang teknologi atau era digital ini. Ketika ingin memasukan anak ke pondok pesantren, ada ketakutan dari sebagian orang tua bahwa anaknya akan menjadi seorang yang gaptek (gagap teknologi), anak akan ketinggalan dan tidak bisa mengikuti perkembangan zaman.

"Sayapun sempat merasakan hal yang sama," ujar COO Kompasiana Iskandar Zulkarnaen. "Tetapi selanjutnya karena begitu maraknya perkembangan digital, dimana semua orang ketergantungan dengan gadget, dan para orang tua pun harus memikirkan berbagai cara proteksi anak dari akibat buruk gadget, dan ini juga yang membuat saya bertekad membentengi anak saya lebih aman dengan memasukannya ke Pondok Pesantren," lanjut Iskandar Zulkarnaen, saat mengisi talk show "Santri Digital di Era Milenial", Rabu (22/11) di Indonesia Convention Exhibition (ICE) BSD, sebagai rangkaian kegiatan International Islamic Education Expo (IIEE).

Santri itu memang sudah seharusnya dilarang membawa gadget, salah satu tujuan pelarangan itu untuk mendapatkan hasil pendidikan dan pengajaran santri yang optimal. Tidak perlu mengkhawatirkan bagaimana anak di pondok bisa mengikuti perkembangan zaman dan bisa meraih cita-cita dan impiannya tanpa gadget, karena di era digital ini semua alat telekomunikasi dirancang sangat friendly, kata pria lulusan Pondok Pesantren Gontor ini.

Friendly artinya anak yang selama 6 tahun di pondok pesantren, terus keluar tidak lantas menjadi "manusia batu" yang tidak mengerti apa ketika pegang hanphone atau laptop misalnya, karena dalam 1 hari kedua alat tersebut dapat dengan mudah dipelajari cara pengoperasiannya, ucap Iskandar.

Teknologi informasi sangat baik digunakan dengan tujuan untuk belajar, untuk mencari suatu informasi yang berkenaan dengan pelajaran, di luar dari konteks belajar, ada baiknya untuk lebih dihindari penggunaannya karena tidak semua konten yang didapat itu baik dan bermanfaat, lanjutnya.

Bagaimana santri bisa berprestasi dan berwawasan tanpa fasilitas pendukung berupa gadget sementara di luar sana anak seusia mereka update pikiran mereka dengan gadget, ini yang menjadi pertanyaan beberapa santri peserta talk show.

"Wawasan dan pengetahuan itu sebenarnya tidak tergantung ada tidaknya gadget, tetapi wawasan itu tergantung dari kemauan untuk belajar, kita bisa belajar dari guru atau mudir yang ilmu pengetahuan mereka sudah tersaring lebih dulu sebelum sampai kepada santri,itu lebih baik daripada berguru kepada internet," ujar Iskandar.

Iskandar juga memberikan tips dan trik bagaimana para santri bisa berinternet dengan aman dan meminimalisir efek negatif dari internet, yaitu harus miliki kepedulian tinggi terhadap semua isue, terhadap semua informasi, mau membuka diri, mengapresiasi keragaman bukan memperdebatkan dan memusuhi perbedaan, anggap semua informasi itu positif tetapi gunakan pengetahuan yang telah dimiliki untuk menyeleksi apakah informasi itu layak atau tidak untuk diserap, pungkas Iskandar. (hikmah58/dod)


Tags: