Merayakan "Madrasah Hebat, Madrasah Bermartabat"

Merayakan "Madrasah Hebat, Madrasah Bermartabat"

Masih hangat dalam ingatan mengenai pelaksanaan UAMBNBK (Ujian Akhir Madrasah Berstandar Nasional Berbasis Komputer) tahun 2018 tempo hari. UAMBNBK ini menjadi tonggak penting capaian pendidikan madrasah. Dikatakan demikian karena UAMBNBK menjadi penanda era baru pelaksanaan ujian madrasah. Jika sebelumnya siswa menggunakan KP (kertas dan Pena), maka UAMBNBK sepenuhnya memakai komputer dan jejaring digital. Dengan jangkuan dan skala pelaksanaan yang nasional, pusat dan daerah, dan dilaksanakan serentak, UAMBNBK berhasil dilaksanakan dengan sukses dengan kendala yang relatif tidak menonjol. Semua pihak yang terlibat didalamnya patut bersyukur, di tengah berbagai tantangan teknis dan non teknis yang membayangi, UAMBNBK mampu dilaksanakan dengan baik dan tidak menyisakan berita atau informasi negatif yang mengemuka. Sebagai catatan, pelaksanaan UNBK 2018, yang merupakan pelaksanan UNBK untuk kesekian kali, dilaporkan banyak mengalami kendala teknis, misalnya listrik yang mati di beberapa SMA atau komputer yang tidak bisa dinyalakan menjelang pelaksanaan UNBK.

Sebagai pengalaman pertama dalam pelaksanaan ujian berbasis komputer, UAMBNBK 2018 juga merefleksikan kerja kolektif yang cukup solid. Dengan keharusan untuk melaksanakan kegiatan yang memerlukan koordinasi fisik dan virtual pusat dan daerah dalam manajemen data yang demikian masif dan sangat penting, UAMBNBK tentu saja membutuhkan kesatuan kerja tim yang padu dan keikhlasan tinggi. Melayani satuan pendidikan yang demikian banyak dan kesemuanya baru pertama kali mengalami UAMBNBK tentunya akan mengalami banyak kendala dan troubleshooting yang sangat mungkin melelahkan. Tanpa dilandasi profesionalitas dan keikhlasan yang tinggi dalam pelaksanaan UAMBNBK, rasanya akan terlalu banyak masalah yang tidak teratasi. Pada titik ini, kerja tim Helpdesk dan Proktor pusat-daerah dalam mengawal dan memastikan kesuksesan pelaksanaan UAMBNBK 2018 patut diapresiasi setinggi-tingginya. Pada gilirannya, kerja kolektif yang sudah teruji seperti ini juga menunjukkan berjalannya organisasi pelaksanaan UAMBNBK dengan baik.

Salah satu pesan penting dari pelksanaan ujian berbasis komputer ini adalah Siswa madrasah memiliki peluang yang tinggi untuk menjadi figur yang "penuh" di kedua kutub ilmu: agama dan umum. Siswa madrasah berkesempatan menjadi figur yang tidak "setengah"; setengah menguasai ilmu agama, pun setengah menguasai ilmu umum. Kesempatan ini terbuka lebar dengan dua perangkat uji yang tersedia: UAMBNBK dan UNBK. Pendekatan HOTS (Higher Order Thinking Skills) dalam UNBK mau tidak mau mendorong siswa untuk menguji diri dalam konteks ujian yang mengedepankan kemampuan berpikir tingkat tinggi yang digunakan pada standar tes internasional. Penerapan soal UAMBNBK yang presisif dan inspriratif berdasar masukan dari lapangan dan tren pendidikan ke depan menempatkan siswa untuk berpikir kritis dan berkemampuan untuk menentukan sudut pandang dan perspektif dalam nilai-nilai Islam. Inilah diantara nilai lebih siswa madrasah, dan hanya di madrasah.

UMBNBK dilaksanakan dengan menggunakan dukungan komputer, aplikasi, dan jaringan digital. Secara umum dapat dikatakan bahwa pendekatan seperti ini serupa tes dengan pendekatan CAT (computer-assisted test). Dengan membebaskan diri dari pola KP (Kertas dan Pena) serta bertumpu pada bank data soal ujian, soal yang dikerjakan oleh siswa akan berbeda materi pertanyannya satu sama lain tapi dengan bobot soal yang sama. Soal yang berbeda satu sama lain (diacak) ini memagari kemungkinan untuk saling nyontek atau kebocoran soal. Disinilah integritas pelaksanaan UAMBNBK terlihat. Jika UN dan SHUAMBN dahulu ditengarai memiliki banyak masalah dalam hal integritas dan kemurnian pelaksanaannya, tidak demikian halnya dalam UAMBNBK dan juga UNBK. Dalam skala yang lebih luas dapat dikatakan bahwa jika slogan "madrasah hebat, madrasah bermartabat" adalah sebuah destinasi pulau, sebuah target yang perlu dituju, maka UAMBNBK adalah kapal besar yang memastikan perjalanan bisa sampai ke arah tersebut dengan selamat dan terhormat. Tugas tidak mudah ke depan diantaranya adalah menjaga marwah UAMBNBK untuk terus terjaga dengan baik dan belajar dari berbagai kendala yang ditemui dalam pelaksnaannya.

Salah satu kendala yang terlihat adalah problem digital divide dalam pelaksanaan UAMBNBK di lapangan. Problem ini merujuk pada kondisi dimana masih terdapat perbedaan kualitas akses dan mutu lingkungan digital yang ada. Jaringan internet yang berbeda-beda di tiap daerah menyebabkan tidak semua daerah mampu melaksnakan UAMBNBK. Masih banyak daerah yang hanya memiliki kualitas jaringan 3G atau 2G, bahkan belum ada jaringan sama sekali, sementara koneksi standar yang diperlukan untuk pelaksanaan 4G. Disamping itu, masih banyak madrasah yang mengalami kekurangan infrastruktur dalam pelaksanan teknis UAMBNBK, diantaranya tidak tersedianya komputer server dan atau client yang mutlak diperlukan. Dibutuhkan juga sosialisasi dan penguatan informasi seputar UMBNBK, sehingga semua satuan pendidikan mendapatkan pemahaman dan pengetahuan yang sama mengenai teknis dan manual UAMBNBK. Kombinasi berbagai kendala ini menyebabkan masih banyak madrasah yang terpaksa menggunakan ujian akhir madrasah berbasis KP.

Diharapkan, pada pelaksanaan UAMBNBK mendatang jumlah madrasah yang mengikuti dapat makin bertambah hingga semua bisa melaksanakan dengan berbasis komputer. Hal yang rasanya juga perlu mendapat perhatian bersama dalam konteks upaya peningkatan mutu pelaksanaan UAMBNBK adalah dibuatnya semacam Indeks Integritas. Indeks Integritas ini dapat berupa pemeringkatan madrasah yang dinilai memilki scoring integritas tertinggi dengan kualifikasi dan sistem penilaian yang didasarkan pada ukuran-ukuran yang terverifikasi. Indeks akan memacu satuan pendidikan untuk mengedapankan dan menjaga nilai-nilai integritas yang menjadi elan vital UAMBNBK. Terkait apresiasi ini, kiranya penting juga untuk menampilkan features dan apresiasi siswa dan madrasah dengan perolehan nilai tertinggi serta analisa komprehensif terhadap siswa dan satuan pendidikan yang memperoleh nilai terendah. Features ini akan bermanfaat untuk menemutampilkan aspek- aspek praktik baik (best practices) dari siswa dan madrasah terkait, sehingga hal positif sebagai capain tertinggi dapat diadopsi oleh siswa atau satuan pendidikan lain, dan capain negatif siswa atau satuan pendidikan mampu dijadikan lesson learned, menjadi hal yang perlu diantisipasi dan dihindari ke depannya.

Wallahu a`lam

Saiful Ma`arif
(Bekerja pada Bagian Ortala Kepegawaian dan Hukum, Setditjen Pendidikan Islam)


Tags: