Minim Sekolah di Perbatasan, Prajurit TNI Bantu Anak Papua untuk Belajar

Minim Sekolah di Perbatasan, Prajurit TNI Bantu Anak Papua untuk Belajar

Jayapura (Suara Pembaruan) - Anggota Satgas Yonif 406/CK yang bertugas di perbatasan Indonesia-Papua Nugini mengangkat sejumlah anak Papua yang tinggal di sekitar pos perbatasan sebagai anak asuh mereka. Pengangkatan sejumlah anak asuh ini dilakukan lantaran minimnya tenaga pendidik di daerah itu.

Demikian dikatakan Kepala Penerangan Kodam XVII/Cenderawasih, Kolonel INF Teguh Pudji Raharjo kepada SP, Selasa (9/2) pagi.

Diungkapkan, kondisi ini diperparah lagi dengan sulitnya perjalanan menuju kampung mereka, di mana jalur menuju ke kampung-kampung setempat harus dilalui dengan berjalan kaki ataupun ditembus dengan perjalanan lewat jalur sungai menggunakan perahu-perahu tradisional.

Misalnya saja di Kampung Molov. Untuk menuju kampung itu, harus menyusuri sungai dengan perahu selama kurang lebih dua jam perjalanan. Tidak heran bila masih banyak murid SD yang belum bisa membaca, menulis, dan berhitung di kampung tersebut.

Melihat kondisi nyata tersebut, prajurit yang berada di pos jajaran di bawah kadang menggantikan peran tenaga pendidik untuk mengajar anak-anak di kampung tersebut.

"Sungguh tenaga pengajar lebih memprihatinkan di sana. Salah satu contoh dalam satu sekolah hanya terdapat dua guru yang harus mengajar semua kelas sekaligus. Akses yang ditempuh para guru ini juga cukup jauh. Tidak semua kampung tempat kami bertugas ini memiliki sekolah," ujarnya.

Diaktakan, dilihat dari segi fasilitas, sekolah-sekolah yang berada di wilayah binaan Satgas Yonif 406/CK bisa dibilang jauh dari kata layak. Sekolah-sekolah tersebut tidak memiliki sarana dan prasarana yang memadai, seperti buku tulis, buku belajar, tempat yang bersih, dan nyaman.

Solusinya, Satgas 406/CK memiliki anak asuh untuk diajarkan membaca, menulis, dan berhitung, serta pelajaran lainnya, terutama yang tidak ada sekolah di sekitar pos perbatasan. Program anak asuh tersebut sesuai dengan perintah dari komando atas yaitu setiap prajurit harus mempunyai anak asuh untuk diajarkan membaca, menulis, dan berhitung, serta pelajaran lainnya.

Menjawab pertanyaan SP bagaimana caranya? Kapendam mengatakan, prajurit Satgas Yonif 406/CK mengajar untuk anak asuhnya dengan mengumpulkan anak-anak di pos atau prajurit datang ke rumah anak asuh tersebut pada saat melaksanakan anjangsana. Dengan berbagai metode agar apa yang diajarkan dapat diterima, dimengerti, dan diingat oleh anak asuh, salah satunya yang dilakukan oleh Pasiter Satgas Yonif 406/CK Lettu Inf Luis Timor yaitu dengan bermain sulap.

Dengan diawali bermain sulap, diharapkan dapat menarik perhatian anak asuh. Metode lainnya yaitu dengan memberikan reward berupa permen dan snack kepada para murid yang bisa menjawab pertanyaan yang diberikan dan juga bila ada murid yang bisa menyanyikan lagu Indonesia Raya.

Tokoh Adat kampung setempat, Klemen mengungkapkan rasa terima kasih atas dedikasi yang telah dilakukan oleh para prajurit yang dengan rela dan ikhlas menjadikan anak-anak kampung bisa belajar membaca dan menulis.


Tags: