PAI menjadi Instrumen Transformatif Dalam Pembentukan Karakter Bangsa

PAI menjadi Instrumen Transformatif Dalam Pembentukan Karakter Bangsa

Tangerang (Pendis) - Dalam kegiatan Peningkatan Kompetensi Guru PAI SMP (Angkatan I) di Tangerang (26/03/2017) yang diselenggarakan Subdit PAI SMP/SMPLB, Dirjen Pendidikan Islam Kamaruddin Amin, memberikan arahan bahwa peningkatan kompetensi ini tetap penting untuk diperhatikan. Aktivitas ini pun dapat menjadi ajang untuk produktifitas yang tinggi dalam perwujudan komitmen guru PAI dalam mencerdaskan generasi bangsa.

"PAI pada sekolah tetap menjadi titik perhatian (spotlight) masyarakat," tegas Kamaruddin Amin. Ia memandang, karena posisi PAI sangat penting dalam pembentukan generasi bangsa. Hampir 50 juta siswa di Indonesia mendapatkan pendidikan agama. Dan setiap permasalahan degradasi moral, pendidikan agama seolah menjadi "tertuduh". Dalam kaitan ini pula, fenomena disintegritas bangsa sering dihubungkan dengan PAI. Hal ini menurutnya karena PAI sampai saat ini masih berkutat pada pemahaman keagamaan, belum berhasil untuk menjadi instrumen transformatif dalam pembentukan karakter anak bangsa.

Agama yang menjadi instrumen tranformatif ini menjadi tantangan bagi kita. PAI bukan hanya sekedar pelajaran fiqih dan ritual. Lebih dari itu, PAI seharusnya dapat menjadi transformasi pengamalan agama yang baik. Guru PAI dalam hal ini cukup memiliki posisi yang strategis. Karena guru yang memahami dan terus menerus berinteraksi dengan siswa. Beliau berharap guru PAI tidak hanya mengajar tentang agama. Akan tetapi lebih mengarah pada proses transformasi pembentukan karakter bangsa.

Kenyataan ini tidak mudah, menurutnya. PAI membutuhkan metode dan keteladanan, juga penguasaan pedagodik dan pengetahuan mendalam tentang materi. Untuk mengawali ini, Kemenag RI akan mereformasi kurikulum pendidikan ketarbiyahan yang menyeimbangkan kemampuan penguasaan konten yang baik sekaligus penguasaan metode pembelajaran yang menarik. Ke depan, yang bisa menjadi guru tidak hanya dari tarbiyah, tetapi boleh dari program studi yang lain. Syaratnya adalah yang bersangkutan harus mengikuti PPG. Fakultas Tarbiyah tidak hanya menghasilkan sarjana pendidikan, tetapi juga mencetak sarjana dengan bersertifikat pendidik. Ini akan membuahkan hasil menjadi guru yang profesional, yang dikuatkan dengan Pelatihan Keprofesian Berlanjut.

Amanah menjadi guru ini sungguh sangat berat. Oleh karena itu, guru harus tetap membaca perkembangan keilmuan, aspek metodologis, dan kepekaan dalam memahami perkembangan masyarakat. Hal ini sungguh sangat penting dilakukan, karena Indonesia saat ini menjadi negara yang menjadi target utama gerakan-gerakan transnasional. Guru PAI dalam konteks ini menjadi "penjaga gawang" dalam menghadapi gerakan-gerakan yang bertentangan dengan kultur dan ideologi Islam Keindonesiaan. Artinya, wawasan kebangsaan penting dicermati dan dipahami oleh guru PAI.

Keragaman dan kemajemukan di Indonesia harus diterima menjadi khazanah kebangsaan. Indonesia adalah negara besar dengan potensi disintegrasi yang cukup tinggi. Selain majemuk, Indonesia memiliki disparitas regional yang tinggi. Ini pun menjadi tantangan bagi guru PAI. PAI harus dapat mewujudkan seseorang yang memiliki kesadaran keberagamaan dan keberagaman yang majemuk.

Agama di Indonesia memiliki dua fungsi penting, yaitu menjadi perekat sosial dan menjadikan orang sholeh. Berbeda dengan negara Barat, agama diarahkan untuk menghargai orang lain dalam situasi sosial. Kamaruddin Amin berharap guru PAI dapat mengembangkan diri dalam penguasaan konten dan metodologi PAI yang akan mengarahkan pada transformasi keagamaan yang bermutu baik dalam hubungan vertikal maupun horisontal. (rudi as/dod)


Tags: