Pancasila Masuk Kurikulum

Pancasila Masuk Kurikulum

Oleh: Fauzul Andim

RENCANA dimasukkannya kembali pelajaran Pancasila ke dalam kurikulum pendidikan nasional disambut positif banyak kalangan. Bahkan tak sedikit yang mengusulkan supaya pada tahun ajaran baru 2011-2012, pelajaran Pancasila sudah bisa diajarkan ke semua jenjang pendidikan, mulai dari sekolah dasar hingga perguruan tinggi.

Keinginan banyak pihak agar pelajaran Pancasila kembali diajarkan kepada peserta didik, tak lain karena saat ini terlihat jelas jika semangat nasionalisme generasi muda Indonesia sudah semakin pudar. Hal itu ditandai dengan banyaknya kekerasan, radikalisme, serta konflik atas nama kelompok dan juga agama sering terjadi di negeri ini.

Salah satu faktor dominan yang dianggap menjadi penyebab banyaknya kasus kekerasan yang melibatkan generasi muda adalah karena nilai-nilai luhur Pancasila sudah jarang diimplementasikan. Hal itu tak lain karena hilangnya Pancasila dari kurikulum sekolah, sehingga yang terjadi adalah nasionalisme makin menipis. Apalagi di era globalisasi saat ini, makin banyak terjadi krisis primordial, krisis kepercayaan, juga krisis agama yang dapat menyebabkan disintegrasi bangsa.

Pelajaran Wajib

Tujuan dimasukkannya pendidikan Pancasila antara lain untuk menumbuhkan keasadaran akan pentingnya pendidikan karakter bagi siswa. Sebab lewat Pancasila, peserta didik akan mendapatkan berbagai pengetahuan tentang bagaimana cara untuk mencintai bangsa ini. Hal itulah yang nantinya menciptakan generasi muda yang memiliki jiwa nasionalisme tinggi.

Karena itu, saat ini tugas pemerintah adalah segera menyusun kembali kurikulum pendidikan nasional yang didalamnya harus terdapat pelajaran Pancasila. Bukan sebagai mata pelajaran tambahan, tetapi harus dijadikan sebagai salah satu pelajaran wajib yang diberikan kepada peserta didik.

Melalui pelajaran Pancasila yang nantinya diajarkan di semua jenjang sekolah sampai perguruan tinggi, diharapkan generasi muda bangsa ini akan bisa memahami arti kehidupan berbangsa dan bernegara yang diwujudkan dengan hidup rukun berdampingan, meskipun dengan segala perbedaan.

Fauzul Andim, guru SLB Negeri Ungaran


Tags: