Pemerhati Pendidikan: Perguruan Tinggi Cetak Pengangguran akan Ditinggalkan

Pemerhati Pendidikan: Perguruan Tinggi Cetak Pengangguran akan Ditinggalkan

Jakarta (Suara Pembaruan) - Pemerhati pendidikan yang juga Guru Besar Ilmu Ekonomi Universitas Islam Indonesia(UII) Yogjakarta Edy Suandi Hamid mengatakan, sekarang ini masyarakat semakin melek akan informasi, termasuk tentang kualitas perguruan tinggi (PT) di Tanah Air yang jumlahnya lebih dari 4.300 buah. Oleh karena itu, perguruan tinggi yang hanya tebar ijazah dan menghasilkan pengangguran akan ditinggalkan dan tidak akan dilirik calon mahasiswa.

Mantan Ketua Umum Asosiasi Perguruan Tinggi Swasta Indonesia (APTISI) ini menuturkan, PT harus meningkatkan mutu akademik dan keterampilan lulusannya sehingga mampu menciptakan pekerjaan untuk dirinya dan masyarakat.

"Perguruan tinggi perlu lebih mengorientasikan lulusan sebagai pencipta kesempatan kerja ketimbang pencari kerja, di samping juga untuk mengembangkan ilmu pengetahuan," kata dia, Senin (1/2).

Dia menanambahkan, masyarakat saat ini mudah untuk mengetahui jati diri dan posisi sebuah PT yang ada, baik itu keunggulannya maupun kelemahannya. Masyarakat juga tahu PT yang dengan mudah mengeluarkan ijazah tanpa melihat standar kelulusan yang baku.

Dikatakan, saatnya seleksi alamiah akan berlaku, dan PT tidak bermutu dan obral ijazah akan ditinggalkan masyarakat. Seiring dengan semakin banyak jumlah PT dan kemudahan mengakses PT, sehingga PT baik dan memenuhi standar nasional dan global yang bisa eksis.

Edy menuturkan, saat ini pengawasan dan regulasi pemerintah semakin ketat pada PT. Namun, selalu ada celah yang dimanfaatkan oleh PT yang nakal. Oleh karena itu, masyarakat juga perlu mengawasi dan melaporkan kinerja PT nakal agar masyarakat tidak dirugikan.

Selanjutnya, Edy menegaskan, PT tidak boleh hanya berorientasi kuantitas, tapi harus mengedepankan mutu, karenanya norma akademik harus dijaga secara ketat. PT harus mengembangkan budaya akademiik dan benar-benar menjaga norma akdemik, sehingga kasus seperti ijazah asli tapi palsu (aspal) yang terjadi beberapa waktu lalu tidak boleh dan jangan sampai terjadi.

"Kasus penerbitan ijazah aspal itu sungguh menodai dunia pendidikan kita karena pelakunya ada di dalam kampus. Ini jangan sampai ada kampus menerbitkan ijazah aspal dan jika terjadi harus ditindak tegas" kata dia.

Lebih lanjut, dia kembali menegaskan, PT untuk tidak berlomba meluluskan alumni dan mencetak ijazah saja. Namun, yang lebih penting adalah bagaimana menghasilkan insan yang bermanfaat bagi masyarakat, sehingga berperan mewujudkan Indonesia berkemajuan dan berperadaban.

"Ini berarti mencetak manusia berakhlak dan berkompetensi tinggi dan berdaya saing," ujarnya

Dia menambahkan, Indonesia juga kekurangan tenaga terampil. Berdasarkan data Asian Productivity Organization, jumlah tenaga terampil di Indonesia sangat terbatas. Hanya 4,3% dari 1.000 tenaga kerja kita yang terampil. Sedangkan di Malaysia dan Singapura sudah mencapai 32 dan 34 %.

Oleh karena itu, di luar pendidikan formal, Edy menegaskan, para lulusan PT juga harus terus belajar secara informal maupun nonformal karena belajar itu tiada hentinya sampai akhir hayat.

"Belajar tidak berhentinya, terlebih ilmu pengetahuan berkembang pesat dan peradaban manusia semakin maju, sehingga setiap insan harus mengikuti perubahan dengan secara terus-menerus menambah pengetahuannya," kata dia.

Maria Fatima Bona/PCN


Tags: