Pemilihan Prodi pada SNMPTN

Pemilihan Prodi pada SNMPTN

Purwokerto (Suara Merdeka) - "Di tengah tawaran ribuan prodi, pilihlah secara bijak sesuai dengan passion, jangan asal diterima."

Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) yang berlangsung dari 13 Februari hingga 15 Maret 2015 menawarkan ribuan program studi (prodi). Calon mahasiswa acap mengalami kebimbangan, antara pertimbangan pragmatis (yang penting diterima) dan pertimbangan idealis, sesuai panggilan jiwa atau passion.

Umumnya mereka mengutamakan pertimbangan pragmatis kendati pilihan itu dapat menjebak, dan bahkan membelenggu potensi dirinya. Pemilihan prodi yang tidak berdasarkan passion bisa berdampak buruk terhadap hasil studi dan karier pada kemudian hari.

Orang tua semestinya dapat menjadi konselor dalam memilih prodi supaya potensi anak dapat tumbuh dan berkembang optimal menuju prestasi terbaiknya. Ada sebuah cerita seputar orang tua memilihkan prodi anaknya. Orang tua ini tergolong mampu secara finansial, anaknya pun memiliki prestasi akademik baik di sekolah favorit.

Seperti pada umumnya maka pilihannya adalah prodi kedokteran dan demi orang tua, anak pun menurut. Singkat cerita ia dapat menyelesaikan studi tepat waktu dan menjadi dokter muda. Hari-hari sehabis wisuda, orang tua berharap anaknya itu segera mendapatkan pekerjaan sesuai ijazah atau buka praktik.

Namun dokter muda itu malah meyerahkan ijazahnya kepada orang tuanya dengan alasan ia tidak akan menggunakannya. Ia akan menekuni bidang yang sangat dicintai, yaitu dunia kepenulisan dan sastra. Orang tua tentu saja kecewa, namun pesan pentingnya dalam koneks ini adalah sebuah kemubaziran investasi.

Seandainya, anak itu sejak awal kuliah di prodi sastra, sejak itu pula ia tumbuh menjadi sastrawan. Selama berkuliah di kedoteran, jiwanya menjerit, terbelenggu oleh serangkaian tugas kuliah yang membosankan plus depresi. Beruntung ia termasuk bertanggung jawab dengan amanah orang tua sehingga bisa menyelesaikan studi.

Pemilihan prodi bagi calon mahasiswa bukan perkara mudah. Keminiman informasi dari perguruan tinggi tentang status prodi berikut deskripsinya, dan ketidakjelasan tujuan kurikuler serta peluang kerjanya, acap membuat calon mahasiswa nyaris tidak berdasar dalam memililih prodi. Kondisi ini diperparah oleh sekolah yang membiarkan peserta didik memilih program studi.

Akibatnya, banyak di antara calon mahasiswa memilih prodi dengan tidak mempertimbangkan passion-nya tapi berdasarkan pertimbangan pragmatis, seperti faktor orang tua, daya tampung dan peluang masuk, passing grade, teman sekolah, dan tren pasar kerja.

Apakah keliru memilh prodi berdasarkan pertimbangan-pertimbangan itu? Mereka tidak sepenuhnya keliru. Namun kita tentunya tidak menghendaki investasi mubazir seperti kasus dokter muda itu. Pemilihan prodi hendaknya sesuai passion masing-masing.

Paling Suka

Cara untuk menemukan passion, pertama; you are really love doing. Calon mahasiswa merasa paling menyukai bidang tersebut. Ia merasa terlalu sayang bila tidak mengambilnya. Begitu masuk prodi yang disukainya, ia merasa berdaya diri dan termotivasi. Ia merasa gue banget dengan prodi tersebut.

Kedua; belief in yourself. Calon mahasiswa merasa memiliki kepercayaan diri kuat, memiliki power, untuk mengatasi berbagai kesulitan belajar yang menyertai prodi pilihannya. Merasa yakin, atau miminal merasa bisa atas prodi pilihannya ibarat sebuah pisau tajam untuk meretas berbagai kesulitan.

Ketiga; knowing your uniqueness. Calon mahasiswa hendaknya dapat mengenali keunikan diri. Keistimewaan itu membedakannya dari orang lain, yakni daya diri yang membuat seseorang merasa mudah dan asyik sementara menurut orang lain dipandang sulit.

Di tengah tawaran ribuan prodi melalui SNMPTN, pilihlah prodi secara bijak sesuai passion, jangan asal pilih dan diterima. Passion membuat calon mahasiswa dapat belajar dengan senang menuju prestasi puncak. (10)

— Drs Waidi MBA Ed, alumnus Universitas Terbuka dan Leicester University Inggris, bekerja di Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Purwokerto


Tags: