PENDAPAT GURU ; Renungan Pasca Ujian Nasional

PENDAPAT GURU ; Renungan Pasca Ujian Nasional

UJIAN Nasional (UN) di semua jenjang pendidikan telah usai. Siswa, guru dan orangtua tinggal menunggu hasil nilainya. Harap cemas pun muncul saat menanti pengumuman kelulusan dengan nilai yang dicapai. Kenapa demikian? Karena selama ini nilai masih dijadikan barometer keberhasilan akademik siswa yang akan menentukan lulus tidaknya siswa dari sebuah proses pembelajaran yang dilaluinya.
Guru dan pihak sekolah tentu berharap siswanya lulus dengan predikat dan nilai yang baik, bahkan tertinggi dibandingkan siswa dari sekolah lain. Karena ketika hasil lulusannya baik, inilah yang sering dijadi- kan acuan wali siswa untuk memasukkan anaknya ke sekolah berikutnya, dengan harapan satu saat nanti anaknya memperoleh keberhasilan akademik yang juga memuaskan, seperti lulusan sebelumnya.
Begitu pula dengan orangtua ketika anaknya memperoleh nilai tinggi. Itulah yang selama ini diharapkan bahkan seolah menjadi tujuan. Karena ketika prestasi akademiknya baik, yang disimbolkan dengan jumlah nilai murni ujian (NEM) yang tinggi, ini tentu membawa kemudahan bagi orangtua untuk memasukkan anaknya ke sekolah lanjutan favorit.
Satu pertanyaan yang mungkin layak kita renungkan, pernahkah kita sebagai guru dan orangtua mempertanyakan kembali tentang sejauh mana prestasi anak dan peserta didik kita dalam hal sikap dan perilaku kesehariannya? Apakah guru dan orangtua sudah merasa puas ketika anak sukses dalam bidang akademik saja dengan NEM di atas rata-rata, sementara sikap sosial dan keberagamaan siswa terkadang jarang diperhatikan? Atau guru dan orangtua sudah yakin ketika prestasi akademik tinggi, tingkat perilaku dan sikap anak menjadi tinggi dan baik pula?
Untuk menjawabnya, harus terlebih dahulu dilakukan penelitian objektif dan menyeluruh, sehingga bisa menghasilkan validitas sebuah kesimpulan. Namun paling tidak hal ini harus menjadi bahan evaluasi bagi kita, untuk terus membimbing dan memperhatikan putra-putri kita akan perkembangan sikap dan perilakunya, karena pendidikan bukan hanya sekadar transfer of knowledge, tetapi transfer of values dan semua itu bukan semata-mata tanggung jawab guru agama saja, tetapi tanggung jawab semua.
Harapannya, keberhasilan akademik siswa sebanding lurus dengan sikap dan perilaku kesehariannya, sehingga siswa tidak hanya cerdas secara kognitif, namun juga secara afektif dan psikomotorik, tidak hanya pintar secara intelektual tetapi juga secara moral spiritual. Kalau hal ini terbangun, tidak akan pernah lagi kita mendengar, siswa melakukan hal yang tidak benar, siswa berbuat jahat, siswa tawuran, siswa pecandu narkoba ataupun perilaku menyimpang lainnya.
Itulah yang sebenarnya menjadi tujuan pendidikan kita, seperti yang tercantum dalam pasal 3 Bab II UU Sisdiknas No 20 Tahun 2003, yang menyebutkan, pendidikan nasional bertujuan berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warganegara yang demokratis serta bertanggung jawab. q - o
*) Penulis, Guru SDIT Arraihan Trirenggo Bantul


Tags: